Label

Senin, 02 April 2012

Berharap Pada Keajaiban


Oleh: Richi Anyan

Malam kian larut, langit pun gelap gulita. Aku berangkat menuju Rumah Sakit Sardjito dengan menggunakan motor pitung pinjaman. Di sana aku bertemu dengan salah seorang bapak yang anaknya sudah divonis terkena tumor ganas. Narsila nama bapak itu. Sudah sebulan anaknya terbaring lemas di rumah sakit tanpa perawatan yang maksimal karena tak memiliki biaya. Malaikat pencabut nyawa pun seakan mendekat. Hati Narsila sama gelapnya dengan malam itu.

“Aku hanya berharap pada keajaiban. Semoga kesembuhan bisa datang,” demikian tutur Narsilan dengan mata berkaca-kaca. Narsilan adalah ayah dari Pelita Ayu Cahyani, salah seorang bayi berumur 1 tahun 8 bulan yang didiagnosa mengidap tumor ganas pada ginjal.

Pelita sudah mendekam tak berdaya di Terim Ruang No. 8 Bangsal Rumah Sakit (RS) Sardjito selama satu bulan sejak tanggal 29 Februari 2012 tanpa pelayanan pengobatan memadai dari pihak RS Sardjito. Sejak awal dirawat, Pelita hanya mendapat infus dari pihak rumah sakit. 

“Kadang aku mendegar dari bawah anakku menangis. Aku hanya bisa sms istriku dan menanyakan keadaannya.” Cerita pria yang alamat di Desa Kebangan RT 02/2 kecamatan Sumbang Banyumas, Jawa tengah ini sembari memegang dahinya.

Mula-mula, pada umur 14 bulan ada benjolan muncul di perut Pelita. Bertambah hari benjolan itu makin membesar. Akhirnya Narsilan memutuskan untuk membawa anaknya ini ke rumah sakit. Di sana, Pelita didiagnosa mengidap tumor ganas pada ginjal. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Margono Purwokerto Banyumas merekomendasikan untuk dirujuk ke RS Sardjito setelah melalui pengobatan selama sebulan di rumah sakit ini.

Setelah mendapat rekomendasi dari RSUD Margono, mereka langsung datang ke RS Sardjito. Awalnya Pelita belum bisa langsung dirawat di RS Sardjito. 

“Katanya di sini kita harus memesan kamar dulu baru bisa masuk. Tapi sama anak-anak HMI (Himpunan Mahasiswa Islam.red) kami langsung disuruh masuk UGD aja pasti bisa dapat kamar. Ya… aku ngikut dan berhasil,” kenang bapak tiga anak ini.

Awalnya suami dari Andayani ini merasa bahagia karena anaknya sudah bisa masuk RS Sardjito. Itu berarti anaknya akan segera dioperasi. Namun perasaan itu tak bertahan lama. Pihak rumah sakit selalu meminta keluarga pasien untuk menyerahkan jaminan berupa sertifikat tanah atau surat-surat berharga lainnya. Sayang, Narsilan dan istri tak memiliki sertifikat atau surat berharga lain karena mereka hanya mengontrak rumah di daerah Sumbang, Banyumas.

“Mungkin itu jadi alasan pihak rumah sakit untuk tidak melakukan operasi. Selalu saja ada alasan dari pihak rumah sakit untun tidak melakukan operasi.” Tutur Nasilah.

Nasilah bukan tanpa usaha. Dia sudah berusaha ke Kantor Mentri Kesehatan untuk mengurus Jamkesmas (Jaminan kesehatan Masyarakat). Tetapi hingga saat ini belum ada balasan dari pihak kementrian. “Aku hanya berharap agar pihak kementrian dapat memberikan kepada saya Jamkesmas secepatnya biar pelita cepat dioperasi,” asanya.

Hari-hari dilewati Narsilan bersama Pelita dan istrinya di RS Sardjito. Mereka menitipkan kedua anak lainnya ke tetangga yang ada di Purwokerto. Dia hanya bisa menanyakan keadaan kedua anaknya yang dititipkan ke tetangga via handphone.

Sampai saat ini tagihan dari rumah sakit sudah mencapai 10 juta. Namun rencana untuk operasi juga belum dilakukan oleh pihak rumah sakit. “Mau ambil dari mana uang sebanyak itu?” Keluhnya sembari tertawa kecil.

Pada suatu malam Narsilan mencoba menghubungi salah seorang mahasiswa untuk meminta bantuan untuk biaya hidup dan kebutuhan sehari-hari ke salah seorang mahasiswa. “Maaf ya mba..? terus terang aku di rumah sakit sini sudah se bulan (sebulan.red), sedangkan persediaan kami yang untuk biyaya (biaya.red) ga (nggak.red) ada jadi maaf solusinya gemana (gimana.red) ya mba (mbak.red)..?” Demikian bunyi sms itu. Walau ada respon yang baik dari mahasiswa itu, tapi bantuan yang diberikan tidak bis bertahan lama. Beliau masih membutuhkan lebih banyak biaya lagi untuk operasi anaknya.

“Kalau ditanya biaya, aku hanya bisa tersenyum. Mungkin aku hanya berharap doa semua orang semoga semua kembali normal. Pelita bisa sehat dan bertumbuh dewasa seperti anak-anak lainnya”, tuturnya dengan perlahan sembari menutup mukanya dengan kedua tangannya.

Pelita dan pengalaman Narsilan hanyalah salah satu kisah dari beberapa lagi pasien yang mendekam di rumah sakit berstandar internasional ini. Ada beberapa pasien lain lagi yang sudah mendekam lebih dari satu bulan di bangsal yang sama.

Nrm HP Narsilah: 081804728456
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: