Oleh: Richi Anyan
Malam kian larut, langit pun gelap gulita. Aku berangkat menuju Rumah Sakit Sardjito dengan menggunakan motor pitung pinjaman. Di sana aku bertemu dengan salah seorang bapak yang anaknya sudah divonis terkena tumor ganas. Narsila nama bapak itu. Sudah sebulan anaknya terbaring lemas di rumah sakit tanpa perawatan yang maksimal karena tak memiliki biaya. Malaikat pencabut nyawa pun seakan mendekat. Hati Narsila sama gelapnya dengan malam itu.
Pelita sudah mendekam tak berdaya di Terim Ruang No. 8 Bangsal Rumah Sakit (RS) Sardjito
selama satu bulan sejak tanggal 29 Februari 2012 tanpa pelayanan pengobatan
memadai dari pihak RS Sardjito. Sejak awal dirawat, Pelita hanya mendapat infus dari pihak
rumah sakit.
“Kadang aku mendegar dari bawah anakku menangis. Aku hanya
bisa sms istriku dan menanyakan keadaannya.” Cerita pria yang alamat di Desa
Kebangan RT 02/2 kecamatan Sumbang Banyumas, Jawa tengah ini sembari memegang dahinya.
Mula-mula, pada umur 14 bulan ada benjolan muncul di perut Pelita. Bertambah hari benjolan itu makin membesar. Akhirnya
Narsilan memutuskan untuk membawa anaknya ini ke rumah sakit. Di sana, Pelita
didiagnosa mengidap tumor ganas pada ginjal. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah
Margono Purwokerto Banyumas merekomendasikan untuk dirujuk ke RS Sardjito
setelah melalui pengobatan selama sebulan di rumah sakit ini.
Setelah mendapat rekomendasi dari RSUD Margono, mereka
langsung datang ke RS Sardjito. Awalnya Pelita belum bisa langsung dirawat di
RS Sardjito.
“Katanya di sini kita harus memesan kamar dulu baru bisa
masuk. Tapi sama anak-anak HMI (Himpunan Mahasiswa Islam.red) kami langsung
disuruh masuk UGD aja pasti bisa dapat kamar. Ya… aku ngikut dan berhasil,” kenang
bapak tiga anak ini.
Awalnya suami dari Andayani ini merasa bahagia karena anaknya
sudah bisa masuk RS Sardjito. Itu berarti anaknya akan segera dioperasi. Namun
perasaan itu tak bertahan lama. Pihak rumah sakit selalu meminta keluarga pasien untuk menyerahkan
jaminan berupa sertifikat tanah atau surat-surat berharga lainnya. Sayang,
Narsilan dan istri tak memiliki sertifikat atau surat berharga lain karena
mereka hanya mengontrak rumah di daerah Sumbang, Banyumas.
“Mungkin itu jadi alasan pihak rumah sakit untuk tidak
melakukan operasi. Selalu saja ada alasan dari pihak rumah sakit untun tidak
melakukan operasi.” Tutur Nasilah.
Nasilah bukan tanpa usaha. Dia sudah berusaha ke Kantor
Mentri Kesehatan untuk mengurus Jamkesmas (Jaminan kesehatan Masyarakat).
Tetapi hingga saat ini belum ada balasan dari pihak kementrian. “Aku hanya
berharap agar pihak kementrian dapat memberikan kepada saya Jamkesmas
secepatnya biar pelita cepat dioperasi,” asanya.
Hari-hari dilewati Narsilan bersama Pelita dan istrinya di RS
Sardjito. Mereka menitipkan kedua anak lainnya ke tetangga yang ada di
Purwokerto. Dia hanya bisa menanyakan keadaan kedua anaknya yang dititipkan ke
tetangga via handphone.
Sampai saat ini tagihan dari rumah sakit sudah mencapai 10
juta. Namun rencana untuk operasi juga belum dilakukan oleh pihak rumah sakit.
“Mau ambil dari mana uang sebanyak itu?” Keluhnya sembari tertawa kecil.
Pada suatu malam Narsilan mencoba menghubungi salah seorang
mahasiswa untuk meminta bantuan untuk biaya hidup dan kebutuhan sehari-hari ke
salah seorang mahasiswa. “Maaf ya mba..? terus terang aku di rumah sakit sini
sudah se bulan (sebulan.red), sedangkan persediaan kami yang untuk biyaya (biaya.red) ga (nggak.red) ada jadi
maaf solusinya gemana (gimana.red) ya mba (mbak.red)..?”
Demikian bunyi sms itu. Walau ada respon yang baik dari mahasiswa itu, tapi
bantuan yang diberikan tidak bis bertahan lama. Beliau masih membutuhkan lebih
banyak biaya lagi untuk operasi anaknya.
“Kalau ditanya biaya, aku hanya bisa tersenyum. Mungkin aku
hanya berharap doa semua orang semoga semua kembali normal. Pelita bisa sehat
dan bertumbuh dewasa seperti anak-anak lainnya”, tuturnya dengan perlahan sembari
menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Pelita dan pengalaman Narsilan hanyalah salah satu kisah dari
beberapa lagi pasien yang mendekam di rumah sakit berstandar internasional ini.
Ada beberapa pasien lain lagi yang sudah mendekam lebih dari satu bulan di
bangsal yang sama.
Nrm HP Narsilah: 081804728456