Label

Selasa, 29 Januari 2013

PPMI DK SURAKARTA DAN KISAH PANDORA


(Sejarah Singkat PPMI DK Surakarta)
Oleh: Richi Anyan

Inilah sebuah permulaan yang sudah diawali sejak dahulu. Inilah permulaan walau bukan awal. Lahirlah sebuah sejarah baru di Kota pers tersebut. Lahirlah PPMI DK Surakarta dari benih-benih yang sudah lama terendap zaman. Benih-benih yang diyakini akan melahirkan sejarah-sejarah baru di Bumi Pertiwi.

Sudah dua tahun lebih saya bersama beberapa orang teman dari Pengurus PPMI DK Yogyakarta datang mendeklarasikan PPMI DK Surakarta. Rencana deklarasi ini bukan terjadi dengan instan. Jauh sebelum deklarasi ini, LPM-LPM yang berada di Surakarta sudah banyak yang bergabung dengan PPMI. Bahkan, ada beberapa LPM yang mendelegaskan pengurusnya untuk menjadi Pengurus Nasional PPMI. Perlu diingat bahwa PPMI pernah mengadakan Mukernas pada tahun 2001 di Surakarta.

Kedati sudah beberapa orang menjadi pengurus nasional dan pernah mengadakan agenda nasional, bukan berarti PPMI DK Surakarta dengan mudah terbentuk. Ada beberapa alasan waktu itu. Salah satunya, sulitnya melakukan konsolidasi di tingkatan PPMI DK Surakarta itu sendiri. Akhirnya secara nasional, pada waktu itu, memutuskan agar LPM-LPM di Surakarta bergabug dalam PPMI DK Semarang.
Seiring berjalannya waktu, PPMIDK Semarang sendiri mengalami banyak sekali kendala dalam melakukan konsolidasi. Alasan utamanya saat itu adalah besarnya wilayah PPMI DK Semarang itu sendri. PPMI DK Semarang memiliki luas wilayah hamper se-Jawa tengah. Bagi Sekjen Semarang tentulah ini menjadi tugas yang sangat berat, apalagi Sekjen juga seorang Mahasiswa.
Akhirnya, di zaman kepengurusan Ulin (Sekjen PPMI DK semarang), pengurus PPMI DK Semarang meminta bantuan kepada PPMI DK Yogyakarta guna menangani pembentukan PPMI DK Surakarta. Saat itu Sekjen PPMI DK Yogyakarta adalah Ikhwan Sapta Nugraha (Genjik). Hadir juga dalam pertemuan itu para pengurus PPMI DK Yogyakarta dan pengurus nasional. Mereka adalah  Saudari Tuti (BP Media), Faqih (BP Advokasi), Hustam (Biro Umum), Habib (BP Litbang), Sigit (BP Usaha Dana), Fatoni (BP Nas Litbang), Pampam alias Pambudi wae (BP Nas Litbang), dan saya sendiri (BP Litbang). Pertemuan diadakan di LPM natas. Sebagai pengurus kota, kami sepakat agar PPMI DK Surakarta masuk dalam karateker PPMI DK Yogyakarta.
Seminggu setelah membuat kesepakatan itu, kami (Pengurus PPMI DK Yogyakarta) langsung berkunjung ke Surakarta. Ada beberapa LPM yang kami kunjungi yaitu, LPM Pabelan, LPM Kentingan, dan LPM Motivasi. Tujuan kunjungan itu tidak hanya sekedar mengadakan silahturahmi dengan persma yang berada di Surakarta saja, tapi juga membahas soal PPMI Surakarta itu sendiri.
Pembahasan tentang PPMI DK Surakarta tidak hanya selesai di situ. Pembahasan ini juga kami bawa ke kongres Nasional di Jember. Hasil kesepakatan di kongres tidak jauh beda dengan yang sudah disepakati di Jogja yaitu Persma di Surakarta masuk dalam Karateker PPMI DK Yogyakarta.

Kesepakatan yang Ditunda-tunda

Setelah kongres Nasiona di Jember, Surakarta seakan dilupakan oleh PPMI DK Yogyakarta. Lama kami (PPMI DK Yogyakarta) tidak membahas soal Karateker PPMI DK Surakarta. Kami tersibukan dengan beberapa agenda di PPMI DK Yogyakarta sendiri. Ada beberapa agenda yang sedikit menyita kesibukan kami seperti: “Obrolan Alternatif” (diskusi antar Persma dengan kerjasama antara PPMI, AJI, dan Tempo), persiapan Muskot, dan beberapa agenda lainnya. Namun bukan berarti Persma di Solo benar-benar dilupakan.
Pada tanggal 2-3 Oktober 2010, PPMI DK Yogyakarta mengadakan Muskot di FH UII. Salah satu rekomendasi dalam muskot ini adalah secepatnya mendeklarasikan PPMI DK Surakarta. Saya selaku Sekjen Kota yang baru mencoba memasukan deklarasi PPMI DK Surakarta dalam prioritas utama PPMI DK Yogyakarta. Kesepakatan ini pula yang kami bawa untuk dibahas di Mukernas PPMI di Madura. Hasilnya, PPMI DK Surakarta secepatnya dideklarasikan menjadi PPMI kota. Saat tu hadir pula perwakilan dari Solo yaitu Hanif dari LPM Kentigan dan Joko dari LPM Motivasi.
Sekembali dari Madura, Hanif dan Joko memakukan beberapa kali konsolidasi dengan Persma se-Surakarta. Konsolidasi ini dilakukan beberapa kali. Saya sendiri kurang begitu mengikuti apa saja yang dibahas pada konsolidasi ini. Namun, pada intinya konsolidasi ini dilakukan selain untuk membentuk PPMI DK Surakarta juga guna memperbaiki kultur antarpersma di Surakarta.
Kendati sudah ada beberapa kali konsolidasi di Surakarta, namun PPMI DK Yogyakarta lamban meresponnya. Hal ini dikarnakan beberapa hal. Pertama, Saya saat itu belum memiliki pengurus kota. Kedua, saya selain menjabat sebagai Sekjen PPMI DK Yogyakarta, juga masih menjabat sebagai PU LPM natas. Dua tugas ini cukup menyita waktu saya. Apalagi, di akhir bulan Noverber 2010, terjadi letusan Gunung Merapi. Saat itu PPMI DK Yogyakarta membuka Posko bantuan Merapi. Setelah bencana merapi selesai, saya juga harus sesegera mungkin mengadakan Musyawar Besar di natas guna regenerasi pengurus. beberapa hal ini cukup menyita tenaga saya.
Saya sendiri sadari bahwa saya bukanlah manusia super yang selalu siap siaga. Saya memiliki keterbatasan tenaga. Saat itu saya mencapai titik jenuh. Akibatnya, Musyawarah Kerja kota juga membahas program kerja kota pun menjad berjalan lamban. Saat itu saya bersyukur dengan beberapa orang teman seperti, Randi, Ayu, Mustakin, Rohmadi, Fendi, Cahyo Telo yang coba menyadarkan kembali saya akan tugas yang saya emban.

Permulaan Bukanlah Awal

Pada Dies Natalis LPM Pabelan, saya bersama bebepa teman calon Pengurus PPMI DK Yogyakarta menghadiri acara tersebut. Hampir semua Persma di Surakarta menghadiri acara tersebut. Di penghujung acara, kami mengadakan pertemuan guna membahas kembali terbentuknya PPMI DK Surakarta. Pada pertemuan inilah tercetus nama PPMI DK Surakarta itu sendiri. Sebelumnya untuk Persma yang berada di daerah Surakarta sendiri di sebut karateker Solo.
Saya masih ingat yang mengusulkan nama itu adalah Cahyadi Kurniawan (Sekjen pertama PPMI DK Surakarta) dari LPM Kentingan. Alasannya adalah, Surakarta adalah nama wilayah administrasi Solo itu sendiri. Usulan nama itupun diterima.
Pada partemuan ini juga, dibuatlah beberapa kriteria yang harus dijalankan sebelum dideklarasi menjadi PPMI kota. Kriterinya yaitu: Persma se-Surakarta harus mengadakan enam klai pertemuan guna membahas kelanjuta PPMI DK Surakarta itu sendiri. Pertemuan itu dilakukan dua minggu sekali. Tujuannya selain untuk membahas PPMI DK Surakarta ke depannya, juga untuk membentuk kultur antarpersma di sana. Bagi saya, struktur tampa kultur yang baik akan mempercepat kematian organisasi tersebut. Kriteria itu pun akhirnya disepakati bersama Persma se-Surakarta.
Di akhir pertemuan kami menyepakati salah satu orang untuk menjadi Koordinator sementara yang bertugas menjalankan kriteria yang sudah ditentukan. Saat itu Cahyadi ditunjuk sebagai koordinator sementara.
Pada tanggal 23 Maret 2011, PPMI DK Yogyakarta mengadakan Musyawarah Kerja Kota (Muskerkot). Ada beberapa program kerja jangka pendek yang disepakati untuk dijalankan sesegera mungkin. Salah satu program kerja jangka pendek saat itu adalah Deklarasi PPMI DK Surakarta.
Untuk merespon program kerja ini, PPMI DK Yogyakarta membawa isu ini ke Dies Natalis PPMI di Banjarmasin. Janji kami di dies tidak terlalu muluk-muluk. Kami akan secepat mungkin mengadakan persiapan deklarasi tersebut. Hal ini pula yang menjadi awal kebangkitanPPMI kota lain untuk memekarkan kotanya seperti PPMI DK Tulungagung yang memekarkan PPMI DK Madiun.

Deklarasi PPMI DK Surakarta

Tepat pada tanggal 27 Mei 2011, bertempat di Auditorium Unsri, PPMI DK Surakarta dideklarasikan. Banyak peserta yang didelegasikan dari LPM-LPM hadir saat itu. Aku lupa jumlah peserta saat itu, tapi tidak kurang dari 40 orang. Beberapa pegurus nasional, sepeti Citra (BP Jakernas) dan Boyd (BP Jakernas) juga menghadiri acara tersebut. Hadir pula beberapa wartawan dari media umum yang ingin mendokumentasikan sejarah tersebut. Mewakili sekjen nasional dan mengatasnamkan Persma seluruh Indonesia, Citra mendeklarasikan PPMI DK Surakarta.
Surakarta, sebuah daerah administrasi yang kecil, tapi tak hendak dipandang sebelah mata. Kota ini melahirkan banyak sejarah di Indonesia. Kota ini melahirkan banyak sastrawan ternama. Kota ini banyak melahirkan jurnalis-jurnalis handal. Dari kota inilah, Negara Indonesia mencatat sejarah dalam duna pers.
Inilah sebuah permulaan yang sudah diawali sejak dahulu. Inilah permulaan walau bukan awal. Lahirlah sebuah sejarah baru di Kota pers tersebut. Lahirlah PPMI DK Surakarta dari benih-benih yang sudah lama terendap zaman. Benih-benih yang diyakini akan melahirkan sejarah-sejarah baru di Bumi Pertiwi.
Karena batas waktu peminjaman tempat dan dengan beberapa pertimbangan lain, akhirnya pertemuan dilanjutkan di SC Kentingan UNS pada hari tu juga. Pertemuan lanjutan ini merupakan agenda lanjutan dari deklarasi PPMI DK Surakarta guna pemilihan sekjen kota. Pada pertemuan ini dilantiklah Cahyadi Kurniawan sebagai Sekjen PPMI DK Surakarta yang pertama. Setelah pemilihan dan pelantikan sekjen, rapat dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing LPM di kepengurusan kota. Hal ini dilakukan sebagai bukti komitmen LPM-PM dalam mendukung jalannya PPMI DK Surakarta ke depannya.

Gonjang-Ganjing PPMI DK Surakarta

PPMI DK Surakarta awalnya berjalan dengan baik. Beberapa pertemuan yang dilakukan oleh PPMI DK Surakarta mendapat respon yang baik oleh anggota-anggotanya. Pertemua-pertemuan itu seperti rapat pengurus, Muskerkot, Forum Persma, dan beberapa agenda LPM, menjadi ajang kumpul teman-teman Persma se-Surakarta untuk berkumpul. Namun semuanya ini tidak berjalan lama.
Forum Persma yang seharusnya menjadi ajang kita saling berbagi pemikiran tentang berbagai permasalahan Persma, saat itu, menjadi permasalahan pertama. Ada beberapa masalah saat itu seperti munculnya orang-orang baru dalam setiap kali pertemuan mengakibatkan wacana yang sudah pernah dibahas akhirnya ditanyakan kembali. Tidak adanya pengembangan diskusi membuat forum ini makin garing. Selain itu, lambat laun, pertemuan ini malah makin mengalami penyusutan peserta. Inilah titik kejenuhan awal.
Dalam berorganisasi, ada titik dimana kita mengalami titik kejenuhan. Titik kejenuhan ini kalau tidak segera diatasi, maka akan menjadi hal yang fatal. Hal ini pula yang dialami PPMI DK Surakarta.
Semakin sedikitnya orang yang hadir dalam forum Persma, ditambah lagi makin jarangnya pengurus berkumpul mengakibatkan mengkibatkan titik kejenuhan ini sulit diatasi. Dalam catatan saya, ada beberapa faktor yang mengakibtkan PPMI DK Surakarta mengalami pasang surut. Beberapa hal telah saya sampaikan di atas. Pertama, penyusutan orang dalam forum Persma. Kedua, kurangnya intensitas pertmuan antarpengurus. Ketiga, cepatnya pergantian pengruus di LPM dan kurangnya transformasi dari pengurus yang lama ke pengurus yang baru di LPM itu sendiri. Keempat, masalah tuntutan kuliah beberapa pengurus. Kelima, tuntutan biaya hidup yang memaksa beberapa pengurus mengurangi intensitas dalam berorganisasi. Keenam, sekjen kota yang menghilang taua lebih tepatnya susah dihubungi. Ketujuh, tidak adanya antusias dari pengurus nasional dalam mengatasi masalah yang terjadi di PPMI DK Surakarta. Catatan-catatan ini saya buat berdasarkan beberapa laporan.
Masalah yang kelima ini memang sedikit suit untuk diatasi. Mungkin lebih tepatnya masalah prinsip dalam berorganisasi dan pilihan hidup. Kalau masalah yang satu ini, sering sekali kita temukan tidak hanya di kepengurusan PPMI saja, tapi juga di LPM, bahkan di sumua organisasi yang ada saat ini. Memang ada dilemma yang berkepanjangan. Secara nasional, PPMI sendiri tidak bisa membiayai anggotanya. Orang yang mau berorganisasi hanya berlandaskan pada niat dan komitmen. Saya rasa ini tidak dapat kita pungkiri. Akan tetapi, kalau bkan kita yang mau menghidupi organisasi sebesar ini, lantas siapa?
Berharap pada orang lain sama saja dengan tidak adanya niat dari kita sendiri dalam berorganisasi. Bukannya saya mau mengajaran soal tidak adanya kepercayaan kita pada orang lain dan memunculkan rasa individualistis dalam berorganisasi, tapi kalau kita sendiri tidak terlibat langsung, sama saja dengan omong kosong.

Harapan Kecil

Setelah hampir satu tahun PPMI DK Surakarta berada pada masa kritis, muncul keresahan dari anggota PPMI DK Surakarta. Beberapa pengurus lama PPMI DK Surakarta dan beberapa orang PU untuk mendiskusikan lagi tentang PPMI DK Surakarta. Keresahan ini pun dibawa saat Kongres Nasional PPMI di Tulungagung.
Sebagai pengurus terlantik saat itu, Saya bersama Defy memasukan masalah PPMI DK Surakarta sebagai prioritas utama yang harus diselesaikan. Namun bukan berarti dengan mudah kami langsung mengerjakannya. Ada  beberapa hal lain yang masih harus kami buat seperti: mencari tempat untuk MUKERNAS, mencari pengurus, dan membuat formasi kepengurusan.
Akan tetapi, PPMI DK Surakarta dilupakan. Beberapa orang yang kami percaya dari anggota PPMI DK Surakarta ditugaskan  di sana. Tugas mereka saat itu, mengkonsolidasikan kembali dengan semua anggota PPMI DK Surakarta tentang kelanjutan PPMI DK Surakarta.
Hasilnya memuaskan setelah mengadakan beberapa kali pertemuan, mereka membuat keputusan yaitu segera diadakannya Musyawarah Luar Biasa di Surakarta. Hal ini bukan dilakukan mereka secara sepihak. Mereka juga coba menghubungi sekjen yang lama. Setelah beberapa kali susah dihubungi fia sms, mereka langsung mendatangi (parani) sekjen di tempat tinggalnya. Keputusan yang dibuat di sana sama seperti keputusan yang sudah dibuat sebelumnya.
Akhirnya pada tanggal 19 Januari 2013 diadakalah Musyawarah luar biasa PPMI DK Surakarta bertempat di Ruang Seminar, Kampus I ISI, Kentingan Surakarta. Musyawar luar biasa ini berjalan dengan baik. Antusias dari anggotanya pun sangat baik. Banyak peserta yang hadir saat itu. Saya selaku DEN yang mengadakan Musyawarah Luar Biasa pun hadir saat itu. Hadir pula Meiwan selaku BP Jakernas. Dalam musyawarah ini dilantiklah Relik Sofian sebagai Sekjen Kota PPMI DK Surakarta yang kedua.

PPMI DK Surakarta dan Kisah Pandora

Kejadian di PPMI DK Surakarta mengingatkan saya akan sebuah legenda kuno di Yunani, Pandora. Anda tahu kisah Pandora?
Dewa Zeus menyuruh salah satu anaknya, Hefaistos, dewa pandai besi untuk membuat seorang manusia perempuan. Hal ini dibuat sebagai bentuk hukuman kepada manusia yang telah mencuri api dari Gunung Olympus. Maka terciptalah manusia perempuan  pertama di Dunia.
Setelah diciptakan, Athena mengajarinya menenun dan menjahit. Selain itu, Athena juga memberinya pakian. Afrodit memberinya kecantikan dan hasrat. Para Kharis memakaikannya perhiasan. Para Hoirai memberikannya mahkota. Apollo mengajarinya bernyanyi dan bermain musik. Poseidon memberinya kaung mutiara. Hera memberinya rasa penasaran yang besar. Hermes memberinya kepandaian berbicara. Hermes juga menamainya Pandora yang artinya “mendapat banyak hadiah.
Zeus Kemudia memberikan Pandora pada Epimetheus untuk dinikahi. Prometheus, saudara Epimetheus, berusaha menngingatkannya untuk tidak menikahi Pandora. Namun, Pandora begitu mempesona.
Pada hari pernikahan mereka, para dewa memberikan hadiah berupa sebuah kotak yang indah. Pandora dilarang untuk membukanya.
Suatu hari, Pandora sangat penasaran dan kemudian  membuka kotak tersebut. Setelah membukanya, tiba-tiba aroma yang menakutkan terasa di udara. Dari dalam kotak itu terdengar sesuatu yang mengerikan. Karena ketakutan, Pandora dengan cepat membuang kotak itu keluar. Saat itu, Pandora sadar kalau dia telah melepaskan sesuatu yang mengerikan. Karena itu dengan cepat dia menutup kembali kotak itu, tapi terlambat.
Apa aroma yang mengerikan itu? Ternyata Pandora  telah melepas teror ke dunia. Masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, dan berbagai malapetaka telah dilepaskannya ke Dunia dan menjangkiti  umat manusia.

Pandora sangat terkejut dan menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya. Kemudian dia melihat kembali dalam kotak itu. Untungnya masih ada yang tersisa dalam kotak itu, sebuah karya kecil,  tapi sangat berharga yaitu harapan.

Hal itu pula yang dialami PPMI DK Surakarta. Walau mengalami banyak gonjang-ganjing dalam roda organisasi, namun masih tersisa sebuah karya kecil yaitu harapan untuk bangkit kembali. Kita tidak boleh berdiam diri meratapi nasib. Kita harus berpikir untuk bangkit dari keterpurukan.

Catatan-catatan ini saya buat sebagai bentuk dokumentasi beberap ingatan saya yang hampir lepas dari dalam kepala. Saya yakin catatan ini masih memiliki banyak kekurangan. Entah catatan ini ingin kalian baca sebagai dongeng pengantar tidur pun tidak menjadi persoalan. Bagi saya, semoga berkas-berkas sisa dalam ingatan saya dapat berguna bagi satu dua orang. Itu sudah cukup.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: