Label

Jumat, 03 Februari 2012

Manajemen Pers Mahasiswa


A.    Dasar Pemikiran
Pers Mahasiswa (Persma) dipahami sebagai aktivitas Ekstrakurikuler kampus sebenarnya dalam esensinya tidaklah berbeda jauh dengan keberadaan pers media massa umumnya. Dalam materi manajemen pers mahasiswa ini, satu hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah memahami  latar belakang keberadaan pers mahasiswa di tanah air. Eksistensi atau keberadaan pers mahasiswa di tanah air awalnya diilhami oleh semangat dan nilai historis  pergerakan nasional  wartawan Indonesia  dalam menyuarakan gagasan-gagasan nasionalisme kemerdekaan. Dalam peranan yang lebih nyata, pergerakan nasional juga didorong oleh semangat dan kesadaran kritis kaum terpelajar ketika itu.
Dalam era Orde Baru terutama semenjak menguatnya konsolidasi kekuasaannya  di masa Soeharto sejak tahun 1974-1998, hampir dipastikan perkembangan pers di Indonesia di bawah kontrol pemerintahan. Depolitisasi terhadap peran politik masyarakat dan terutama pers diberlakukan secara represif oleh pemerintahan orde baru. Melalui seperangkat peraturan yuridis (SIUPP), pers nasional jika ingin hidup diharuskan  mengikuti aturan yang telah diberlakukan. Begitupun yang berlaku pada pers mahasiswa yang berada pada lingkungan perguruan tinggi. Melalui kepanjangan tanganya (Dirjen Dikti dan Deppen), pers mahasiswa digolongkan sebagai penerbitan khusus yang dilarang menyajikan berita-berita kritis dan diharuskan menampilkan wacana-wacana akademis.
Dari fenomena tersebut pers mahasiswa pada fase gerakannya di era 90-an banyak melakukan teroboson-terobosan guna mecoba melampaui aturan yuridis yang ada, walaupun tantangan yang dihadapi olehnya adalah tidak ringan termasuk juga pembredelan pers. Kondisi pers nasional  yang cenderung mengarah pada industrialisasi, menyebabkan pers nasional tidak dapat leluasa memberitakan fenomena dan opini yang kritis. Di saat itulah peran kontrol pers mahasiswa dapat secara efektif  dilakukan. Memang resiko yang dihadapi adalah pembekuan dan pembredelan medianya.  Namun perjuangan menegakkan kebenaran informasi tidaklah berhenti, pers mahasiswa masih dengan tegar melakukan peran kontrolnya. (sehingga saat itu pers mahasiswa dikenal sebagai pers alternatif.)
Ketika kini negara telah membuka kran demokrasi, pers nasional tumbuh subur bagai jamur di musim kering. Kebebasan menyuarakan opini masyarakat ditandai dengan banyaknya muncul media massa baru. Pers mahasiswa di kampus dihadapkan pada kondisi real bahwa mereka dihadapkan pada kendala tidaklah memiliki modal dan alat produksi yang memadai seperti halnya yang dimiliki oleh perusahaan pers media umum.  Sementara itu realitas yang berkembang adalah pers umum sekarang sudah memiliki kebebasan serta  berani  memberitakan opini-opini kritis serta fakta-fakta yang komprehensif.
Hal ini dapat terjadi karena kran demokrasi telah terbuka selebar-lebarnya terutama guna menjawab semangat reformasi yang didengungkan sebelumnya. Sehingga dalam hal ini perlu adanya strategi baru bagi pers mahasiswa untuk dapat tetap tegar dan eksis menjawab tantangan dan realitas di atas. Walaupun pada perkembangannya dewasa ini, keduanya telah mengalami berbagai pergeseran orientasi dalam visi dan misi kelembagaan, yang pada akhirnya berpengaruh pada pembentukan karakter.
Persma dengan organisasi semiprofitnya mencoba terus membangun organisasi dari puing-puing Sumber Daya Manusia (SDM) yang termakan system pendidikan. Puing-puing SDM ini coba dibentuk kembali menjadi suatu konstruksi bangunan yang indah dipandang mata yang akhirnya disebut dengan nama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM).
Guna membangun karakternya, LPM-LPM pada awal tahun 2000-an kembali mencari satu kebijakan bersama secara nasional. Kebijakan ini akhirnya melahirkan istilah “Back to Campus” yaitu persma (katanya) harus kembali pada ranahnya dengan mengangkat isu-isu seputaran kampus.
Kalau dilihat secara sepintas, keorganisasian persma tidak jauh berbeda degan persma yang dulu. Akan tetapi, kalau ditelaah secara mendalam, persma terjadi perubahan secara besar-besaran pada kondisi kultural. Mana mungkin tidak? Pola pikir persma secara tidak langsung mulai disekat pada ruang-ruang sempit kampus, terkait dengan kebijakan rektorat, kebijakan fakultas, dan lain-lain.
Pola-pola pikir ini akan melahirkan suatu pemikiran praktis yang prakmatis pada insan persma dan perlahan mulai mengikis budaya militansi mahasiswa. Selain itu, pola pikir ini juga akan menghilangkan budaya kritis mahsiswa.
Setelah melewati hampir satu tahun kepengurusan PPMI Dewan Kota Yogyakarta periode 2010-2012, PPMI mencoba membuat satu format metode Menajemen Persma dengan menggabungkan beberapa metode penelitian dan keorganisasian. Hal ini dilakukan guna mengatasi permasalahan persma yang terus berkutat pada masalah menajemen keorganisasian persma itu sendiri.

B.     Pengertian
Berbagai definisi menajemen organisasi yang dikemukakan bersifat prsial. Masing-masing pengertian mencerminkan sudut pandang para pencetusnya.
Salah satu contoh definisi yang dibuat Hoyle (1981:8) adalah:“menagement is a continous process through which mmbers of an organisation seek seek to co-ordinate their activities and utilise their resources in order to fulfil the various tasks of the organisation as efficientlys possible”. Menajemen adalah proses terus menerus yang melibatkan seluruh anggota organisasi untuk melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan yazng mereka laksanakan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas organisasi dengan seefesien mungkin.
Sementara Cuhbert menyatakan bahwa menajemen adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan tanggung jawab dengan cara menggerakan orang lain.
Sedangkan menurut Glatter diterangkan bahwa menajemen adalah segala hal yang berkaitan dengan operasional internal dan berhubungan dengan lingkungannya yaitu masyarakat dimana lembaga itu berada dan juga berkaitan dengan badan-badan yang mengatur lembaga dimana secara formal harus mempertanggungjawabkan tugasnya.
Hampir sama seperti tiga pengertian di atas, Husaini mencoba lebih menyederhanakan lagi pengertian menajemen organisasi. Menurutnya, menajemen organisasi dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya (7M+1I: man, money, machines/organisasi, methods/cara/media, marketing/ daya jual, minutes/waktu, and information) untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

C.    Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat menajemen persma itu sendiri yaitu:
1.      Mewujudkan suasana organisasi yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan efisien, dan menyenangkan.
2.      Menciptakan sumberdaya manusia yang aktif mengembangkan potensi dirinya.
3.      Mengupayakan terpenuhinya kompetensi profesional.
4.      Mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
5.      Mengatasi masalah mutu organisasi.

D.    Ruang Lingkup
Substansi yang menjadi garapan menajemen persma sebagai proses atau sebagai fungsi menajemen adalah:
1.      Perencanaan
      Perencanaan untuk menjalankan satu periode kepengurusan selalu dilakukan di awal kepengurusan itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menentukan arah organisasi dalam satu periode kepengurusan. Namun bagaimana melakukan perencanaan itu? hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan? Bagaimana kalau perencanaan itu dilakukan untuk jangka waktu yang panjang, seperti lima sampai sepuluh tahun ke depan?
      Untuk melakukan sebuah perencanaan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan organisasi baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang dengan memperhatikan kondisi awal organisasi. Setelah menentukan tujuan barulah kita melakukan perencanaan untuk mencapai tujuan itu.

      Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan jangka pendek yaitu: Sumber Daya Manusia (SDM), Fasilitas, keuangan, Kurikulum, dan metode. Beberapa factor inilah yang sering disebut dalam bahasa peneitian sebagai jalan menuju tujuan.

2.      Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah usahan mengendalikan dan menjalankan jalannya organ-organ yang ada dalam organisasi. Tujuan dari pengorganisasian ini agar menjaga stabilitas proses untuk mencapai tujuan LPM yang telah kita sepakati dari awal. Organisasi adalah sistem yg saling mempengaruhi dan saling bekerja sama antara orang satu dg yg lain dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan yg telah disepakati bersama

3.      Pengarahan
      Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi. Maksud dari pengarahan ini adalah mengendalikan organ-organ yang berada di sebuah organisasi atau pengerahan semua kerja divisi-divisi pada masing LPM untuk tetap pada jalur atau program kerja yang sudah dibuat LPM guna mencapai tujuan.

4.      Pengendalian
      Pentingnya pengendalian organisasi ini adalah untuk mengendalikan keorganisasian secara menyeluruh guna tetap pada arah untuk mencapai tujuan. Gambaran menyeluruh tentang ruang lingkup menajemen organisasi sebagai proses dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Fungsi
Menajemen
Sumber Daya
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengendalian
Man




Money




Methods/Kurikulum




Material




Machines/Organisasi




Marketing




Minutes




Information




Tabel 1: Ruang Lingkup Fungsi Manajemen

Ruang lingkup menajemen persma dibatasi sebagai tugas pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Tabel berikut menggambarkan tentang ruang lingkup menajemen persma sebagai tugas:


Bidang
Anggota
Pengurus
Media
Sarana dan Prasarana
Perencanaan




Pengorganisasian




Pengarahan




Pengendalian




Tabel 2: Ruang Lingkup Tugas Menajemen Persma

E.     Kesimpulan
Sampai saat ini masih ada banyak sekali LPM yang belum bisa memenejemen keorganisasian persmanya secara baik. LPM hanya sebatas organisasi yang berusaha menjalankan program wajib tahunan atau menjalankan agenda-agenda rutin tahunan. Keorganisasian persma bukan hanya sebatas bagaimana Persma itu menerbitkan buletin atau majalah saja. Persma harus bisa punya arah dan tujuan yang jelas baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
Metode menajemen persma ini hanya sebagai sebuah pengantar bagi para pengurus LPM untuk memikirkan secara serius tentang LPMnya sendiri. Pembacaan tentang ketidakseriusan para pengurus LPM sekarang untuk memikirkan tentang LPM-nya sendiri menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mencari solusinya. Standarisasi menajemen persma yang sekarang ada hanya merupakan penelitian awal PPMI DK Yogyakarta. Bagi kami, metode yang sudah ada ini tidak menjadi metode pakem untuk selanjutnya tapi harus selalu ada kebaharuan penelitian ini.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: