A. Dasar Pemikiran
Pers Mahasiswa
(Persma) dipahami sebagai aktivitas Ekstrakurikuler kampus sebenarnya dalam
esensinya tidaklah berbeda jauh dengan keberadaan pers media massa umumnya.
Dalam materi manajemen pers mahasiswa ini, satu hal yang perlu diketahui
terlebih dahulu adalah memahami latar
belakang keberadaan pers mahasiswa di tanah air. Eksistensi atau keberadaan
pers mahasiswa di tanah air awalnya diilhami oleh semangat dan nilai
historis pergerakan nasional wartawan Indonesia dalam menyuarakan gagasan-gagasan nasionalisme
kemerdekaan. Dalam peranan yang lebih nyata, pergerakan nasional juga didorong
oleh semangat dan kesadaran kritis kaum terpelajar ketika itu.
Dalam era Orde Baru
terutama semenjak menguatnya konsolidasi kekuasaannya di masa Soeharto sejak tahun 1974-1998,
hampir dipastikan perkembangan pers di Indonesia di bawah kontrol pemerintahan.
Depolitisasi terhadap peran politik masyarakat dan terutama pers diberlakukan
secara represif oleh pemerintahan orde baru. Melalui seperangkat peraturan
yuridis (SIUPP), pers nasional jika ingin hidup diharuskan mengikuti aturan yang telah diberlakukan.
Begitupun yang berlaku pada pers mahasiswa yang berada pada lingkungan
perguruan tinggi. Melalui kepanjangan tanganya (Dirjen Dikti dan Deppen), pers
mahasiswa digolongkan sebagai penerbitan khusus yang dilarang menyajikan
berita-berita kritis dan diharuskan menampilkan wacana-wacana akademis.
Dari fenomena
tersebut pers mahasiswa pada fase gerakannya di era 90-an banyak melakukan
teroboson-terobosan guna mecoba melampaui aturan yuridis yang ada, walaupun
tantangan yang dihadapi olehnya adalah tidak ringan termasuk juga pembredelan
pers. Kondisi pers nasional yang
cenderung mengarah pada industrialisasi, menyebabkan pers nasional tidak dapat
leluasa memberitakan fenomena dan opini yang kritis. Di saat itulah peran
kontrol pers mahasiswa dapat secara efektif
dilakukan. Memang resiko yang dihadapi adalah pembekuan dan pembredelan
medianya. Namun perjuangan menegakkan
kebenaran informasi tidaklah berhenti, pers mahasiswa masih dengan tegar
melakukan peran kontrolnya. (sehingga saat itu pers mahasiswa dikenal sebagai
pers alternatif.)
Ketika kini negara telah membuka kran demokrasi, pers nasional tumbuh subur
bagai jamur di musim kering. Kebebasan menyuarakan opini masyarakat ditandai
dengan banyaknya muncul media massa baru. Pers mahasiswa di kampus dihadapkan
pada kondisi real bahwa mereka dihadapkan pada kendala tidaklah memiliki modal
dan alat produksi yang memadai seperti halnya yang dimiliki oleh perusahaan
pers media umum. Sementara itu realitas
yang berkembang adalah pers umum sekarang sudah memiliki kebebasan serta berani
memberitakan opini-opini kritis serta fakta-fakta yang komprehensif.
Hal ini dapat
terjadi karena kran demokrasi telah terbuka selebar-lebarnya terutama guna
menjawab semangat reformasi yang didengungkan sebelumnya. Sehingga dalam hal
ini perlu adanya strategi baru bagi pers mahasiswa untuk dapat tetap tegar dan
eksis menjawab tantangan dan realitas di atas. Walaupun pada perkembangannya
dewasa ini, keduanya telah mengalami berbagai pergeseran orientasi dalam visi
dan misi kelembagaan, yang pada akhirnya berpengaruh pada pembentukan karakter.
Persma dengan
organisasi semiprofitnya mencoba terus membangun organisasi dari puing-puing
Sumber Daya Manusia (SDM) yang termakan system pendidikan. Puing-puing SDM ini
coba dibentuk kembali menjadi suatu konstruksi bangunan yang indah dipandang
mata yang akhirnya disebut dengan nama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM).
Guna membangun
karakternya, LPM-LPM pada awal tahun 2000-an kembali mencari satu kebijakan
bersama secara nasional. Kebijakan ini akhirnya melahirkan istilah “Back to Campus” yaitu persma (katanya)
harus kembali pada ranahnya dengan mengangkat isu-isu seputaran kampus.
Kalau dilihat
secara sepintas, keorganisasian persma tidak jauh berbeda degan persma yang
dulu. Akan tetapi, kalau ditelaah secara mendalam, persma terjadi perubahan
secara besar-besaran pada kondisi kultural. Mana mungkin tidak? Pola pikir
persma secara tidak langsung mulai disekat pada ruang-ruang sempit kampus,
terkait dengan kebijakan rektorat, kebijakan fakultas, dan lain-lain.
Pola-pola pikir ini
akan melahirkan suatu pemikiran praktis yang prakmatis pada insan persma dan
perlahan mulai mengikis budaya militansi mahasiswa. Selain itu, pola pikir ini
juga akan menghilangkan budaya kritis mahsiswa.
Setelah melewati hampir satu tahun kepengurusan PPMI Dewan Kota Yogyakarta
periode 2010-2012, PPMI mencoba membuat satu format metode Menajemen Persma dengan menggabungkan beberapa metode penelitian
dan keorganisasian. Hal ini dilakukan guna mengatasi permasalahan persma yang
terus berkutat pada masalah menajemen keorganisasian persma itu sendiri.
B.
Pengertian
Berbagai definisi
menajemen organisasi yang dikemukakan bersifat prsial. Masing-masing pengertian
mencerminkan sudut pandang para pencetusnya.
Salah satu contoh
definisi yang dibuat Hoyle (1981:8)
adalah:“menagement is a continous process
through which mmbers of an organisation seek seek to co-ordinate their
activities and utilise their resources in order to fulfil the various tasks of
the organisation as efficientlys possible”. Menajemen adalah proses terus
menerus yang melibatkan seluruh anggota organisasi untuk melakukan koordinasi
kegiatan-kegiatan yazng mereka laksanakan dengan menggunakan sumber daya yang
dimiliki untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas organisasi dengan seefesien
mungkin.
Sementara Cuhbert menyatakan bahwa menajemen
adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan tanggung jawab dengan cara
menggerakan orang lain.
Sedangkan menurut Glatter diterangkan bahwa menajemen
adalah segala hal yang berkaitan dengan operasional internal dan berhubungan
dengan lingkungannya yaitu masyarakat dimana lembaga itu berada dan juga
berkaitan dengan badan-badan yang mengatur lembaga dimana secara formal harus mempertanggungjawabkan
tugasnya.
Hampir sama seperti tiga pengertian di atas, Husaini mencoba lebih menyederhanakan lagi pengertian menajemen
organisasi. Menurutnya, menajemen organisasi dapat diartikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya (7M+1I:
man, money, machines/organisasi, methods/cara/media,
marketing/ daya jual, minutes/waktu, and information) untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
C.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan
manfaat menajemen persma itu sendiri yaitu:
1. Mewujudkan suasana organisasi yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan efisien, dan menyenangkan.
2. Menciptakan sumberdaya manusia yang aktif
mengembangkan potensi dirinya.
3. Mengupayakan terpenuhinya kompetensi profesional.
4. Mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
5. Mengatasi masalah mutu organisasi.
D.
Ruang Lingkup
Substansi yang menjadi garapan menajemen persma sebagai proses atau sebagai
fungsi menajemen adalah:
1. Perencanaan
Perencanaan untuk menjalankan satu periode kepengurusan selalu
dilakukan di awal kepengurusan itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menentukan
arah organisasi dalam satu periode kepengurusan. Namun bagaimana melakukan
perencanaan itu? hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan
perencanaan? Bagaimana kalau perencanaan itu dilakukan untuk jangka waktu yang
panjang, seperti lima sampai sepuluh tahun ke depan?
Untuk melakukan sebuah perencanaan, hal pertama yang dilakukan
adalah menentukan tujuan organisasi baik dalam jangka waktu pendek maupun
panjang dengan memperhatikan kondisi awal organisasi. Setelah menentukan tujuan
barulah kita melakukan perencanaan untuk mencapai tujuan itu.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan perencanaan jangka pendek yaitu: Sumber Daya
Manusia (SDM), Fasilitas, keuangan, Kurikulum, dan metode. Beberapa factor
inilah yang sering disebut dalam bahasa peneitian sebagai jalan menuju tujuan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah usahan mengendalikan dan menjalankan jalannya
organ-organ yang ada dalam organisasi. Tujuan dari pengorganisasian ini agar
menjaga stabilitas proses untuk mencapai tujuan LPM yang telah kita sepakati
dari awal. Organisasi adalah sistem yg saling
mempengaruhi dan saling bekerja sama antara orang satu dg yg lain dalam suatu
kelompok untuk mencapai suatu tujuan yg telah disepakati bersama
3. Pengarahan
Proses
implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi
serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi. Maksud dari pengarahan ini adalah mengendalikan organ-organ yang berada di
sebuah organisasi atau pengerahan semua kerja divisi-divisi pada masing LPM
untuk tetap pada jalur atau program kerja yang sudah dibuat LPM guna mencapai
tujuan.
4. Pengendalian
Pentingnya pengendalian
organisasi ini adalah untuk mengendalikan keorganisasian secara menyeluruh guna
tetap pada arah untuk mencapai tujuan. Gambaran menyeluruh tentang ruang
lingkup menajemen organisasi sebagai proses dapat digambarkan dalam tabel
berikut:
Fungsi
Menajemen
Sumber Daya
|
Perencanaan
|
Pengorganisasian
|
Pengarahan
|
Pengendalian
|
Man
|
||||
Money
|
||||
Methods/Kurikulum
|
||||
Material
|
||||
Machines/Organisasi
|
||||
Marketing
|
||||
Minutes
|
||||
Information
|
Tabel 1: Ruang Lingkup Fungsi Manajemen
Ruang lingkup menajemen
persma dibatasi sebagai tugas pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian. Tabel berikut menggambarkan tentang ruang lingkup menajemen
persma sebagai tugas:
Bidang
|
Anggota
|
Pengurus
|
Media
|
Sarana dan Prasarana
|
Perencanaan
|
||||
Pengorganisasian
|
||||
Pengarahan
|
||||
Pengendalian
|
Tabel 2: Ruang
Lingkup Tugas Menajemen Persma
E.
Kesimpulan
Sampai saat ini
masih ada banyak sekali LPM yang belum bisa memenejemen keorganisasian
persmanya secara baik. LPM hanya sebatas organisasi yang berusaha menjalankan
program wajib tahunan atau menjalankan agenda-agenda rutin tahunan. Keorganisasian
persma bukan hanya sebatas bagaimana Persma itu menerbitkan buletin atau
majalah saja. Persma harus bisa punya arah dan tujuan yang jelas baik itu
jangka pendek maupun jangka panjang.
Metode menajemen persma ini hanya sebagai sebuah pengantar bagi para
pengurus LPM untuk memikirkan secara serius tentang LPMnya sendiri. Pembacaan
tentang ketidakseriusan para pengurus LPM sekarang untuk memikirkan tentang
LPM-nya sendiri menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mencari solusinya.
Standarisasi menajemen persma yang sekarang ada hanya merupakan penelitian awal
PPMI DK Yogyakarta. Bagi kami, metode yang sudah ada ini tidak menjadi metode
pakem untuk selanjutnya tapi harus selalu ada kebaharuan penelitian ini.