Label

Senin, 23 April 2012

Gaya Bahasa Jurnalisme online


Oleh: Richi Anyan
Perkembangan tekhnologi komunikasi dan informasi di Indonesia saat ini memang berkembang dengan pesat, terutama di bidang elektronik. Dalam Dunia jurnalistik, muncul satu aliran baru yang sering banyak orang menamai itu jurnalisme online. Adanya jurnalisme online ini sangat bagus sekali dengan perkembangan dunia jurnalistik pada umumnya. Kegiatan dalam mencari, mengumpulkan dan mengolah berita tidak hanya dilakukan dengan media cetak saja, namun dengan media internet juga dapat dilakukan, hal ini dapat memudahkan seorang jurnalis untuk dapat bekerja cepat dengan media internet tersebut. Selain berita yang ditampilkan bersifat baru, pesan yang ditampilkan didalamnya pun bersifat menarik.
Dengan jurnalisme online ini, siapa saja dapat menulis berita dan melaporkan suatu kejadian atau peristiwa penting lewat internet tersebut. Memang untuk sebagian adalah merupakan lembaga resmi jurnalistik yang mempunyai situs sendiri dalam melaporkan berita-beritanya, namun untuk kalangan masyarakat atau individu yang bukan “siapa-siapa” dalam arti bukan wartawan, bukan juga seorang editor maupun pekerja media, tetap dapat menuliskan berita lewat internet tersebut.
Pesta blogger yang terjadi di Indonesia, juga memunculkan wacana seputar citizen journalism (jurnalisme warga ). Berkat kemajuan teknologi tersebut, dimulailah era baru dalam jurnalisme, yakni open source reporting atau membuka sumber-sumber laporan baru. Sekarang, siapa saja bisa melaporkan apa saja yang dilihatnya, atau yang ingin dikatakannya. Berita, opini, reportase, sampai curahan hati (curhat) yang sangat pribadi, semua bisa dibagi kepada yang lain. Tidak perlu menunggu wartawan menjemput dan tidak perlu menjadi somebody agar dilirik media.

Kondisi seperti ini sangat tidak nyaman sekali dipandang atau ditampilkan sebagai suatu berita lewat media internet tersebut. Kredibilitas jurnalis warga tersebut serta kualitas pelaporan perlu dipertanyakan. Mereka belum tentu mempunyai kemampuan yang benar-benar mendalam mengenai bagaimana penulisan berita yang baik serta aturan-aturan lain yang menyangkut dengan kode-kode etik jurnalistik.
Memang benar, adanya jurnalisme warga ini menambah wawasan dan kekayaan dalam dunia jurnalistik, namun dalam ruang beritanya sendiri, masih sangat banyak wartawan ataupun pewarta berita yang menulis asal-asalan, bias dalam melaporkan fakta, merekayasa data, dan mengedepankan sensasi demi kejaran oplah atau peringkat. Sedangkan citizen journalist sendiri, jika ingin serius jadi pewarta warga yang beritanya ditanggapi dengan baik, tidak bisa asal-asalan mem-publish. Apapun latar belakangnya, mereka seharusnya perlu melengkapi diri dengan amunisi seorang jurnalis pada umumnya. Kemampuan menulis, keteraturan berlogika, syukur-syukur bisa membangun integritas lewat komitmen pada publik. Dengan begitu adanya jurnalisme warga ini, bukan hanya menjadi sebuah “permainan” berita yang dapat menyestkan masyarakat atawa publik.
Pada kesempatan ini, Kami mengajak teman-teman semua untuk berdiskusi bersama terkait media Online itu sendiri dari segi esensi dan bahasanya dengan membandingkan pada Kode Etik Jurnalisme Online itu sendiri. Selain itu kita juga akan membahs bersama apa keunggulan dan contoh dari jurnalisme online itu sendiri.

Pegertian
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet.
Ciri-ciri
Ciri-ciri bahasa dalam ragam bahas jurnalistik :
Ø Komunikatif, tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga tetapi harus terus langsung pada pokok permasalahannya.
Ø  Spesifik, bahasa jurnalistik harus disusun dengan kalimat-kalimat yang singkat atau pendek-pendek.
Ø  Hemat kata, bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya.
Ø  Jelas makna, sedapat mungkin menggunakan kata yang bermakna denotatif, kata-kata yang mengandung makna yang sebenarnya.
Ø  Tidak mubazir dan tidak klise.
Jagat kewartawanan yang senantiasa memperjuangkan hadirnya “makna” bagi khalayaknya sulit melepaskan jargon menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap, sehingga menjadi bernilai penting.
Karakteristik / Keuntungan Jurnalisme Online (via Web)
Berikut ini adalah Keuntungan Jurnalisme Online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Publishers, 2005).
1. Audience Control
 Jurnalisme online memungkinkan masyarakat untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya.
2. Nonlienarity
Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga pembaca tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami.
3. Storage and retrieval
Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh masyarakat.
4. Unlimited Space
 Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan kepada masyarakat dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
5. Immediacy
Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada masyarakat.
6. Multimedia Capability.
Jurnalisme online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh masyarakat.
7. Interactivity
Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.
Sedikit narsis ya, hehehe....

Ranjau-Ranjau Jurnalis Online
Dalam sejumlah literatur maupun diskusi di kalangan jurnalis, maka istilah jurnalis online atau wartawan ber-Internet (cyber-journalist) lebih sering dikategorikan menjadi tiga kelompok besar, yakni:
·         Jurnalis yang memanfaatkan Internet sebagai salah satu sarana kerja,
·         Jurnalis yang bertugas di redaksi online (portal berita) dari media massa yang berbasis cetak dan atau elektronik,
·         Jurnalis yang bekerja di multimedia massa hanya berbasis portal berita.
Istilah cyberspace awalnya diperkenalkan oleh William Gibson dalam buku berjudul Neuromancer pada 1984 guna menjelaskan dunia maya bermesin tiga dimensi seperti senyatanya (Virtual Reality/VR), dan pada gilirannya menyentuh hasil temuan TI yang mampu membentuk jejaring komputer sejagat, yakni Internet.
Internet memiliki banyak kegunaan, namun fasilitas yang sering dimanfaa tkan berupa Electronic Mail (e-mail), Mailing List (mailist atau e-mail groups), World Wide Web(WWW), File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat (IRC), Netsearch atauSearch Engine. Pada awalnya, produsen piranti lunak komputer menyediakan aplikasi terpisah untuk masing-masing fasilitas tersebut, namun pada gilirannya pengguna Internet dapat menggunakan semua fasilitas tersebut di dalam satu aplikasi web based.

Jurnalis termasuk profesi yang paling banyak diuntungkan dengan kemajuan temuan TI. Namun demikian, mereka sangat dimungkinkan menghadapi “ranjau-ranjau” yang bertebaran saat memanfaatkan fasilitas yang ada di Internet, antara lain:
-. Spam dan junk e-mail, yakni masuknya banyak e-mail ke kotak surat masuk (inbox) lantaran jurnalis sering melakukan kunjungan (browsing) ke banyak laman (situs Internet) dan berkorespondensi ke banyak pihak yang secara tidak sengaja “diintip” oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mempromosikan produk tertentu tanpa meminta izin pemilik e-mail.
Namun, pengguna Internet dapat mencegah masalah ini dengan mengaktifkan fungsi anti-spam dan anti-junkmail yang terdapat di bagian pengaturan (setting) aplikasi email yang digunakan, dan biasanya terdapat di fitur pemilihan tambahan pengaturan (options).
-. Mailing list atau e-mail groups sebagai sumber informasi utama. Jurnalis pada umumnya menjadi anggota forum diskusi di mailing list atau e-mail groups tertentu sesuai minat dan bidang tertentu, yang pada gilirannya sering mendapatkan informasi mulai dari sekadar rumors dan gosip sampai dengan “bocoran” dokumen penting berkaitan dengan kasus menyangkut kepentingan umum.
Jurnalis yang notabene bernaluri/berhidung berita (sense/nose of news)—tentunya tidak akan menyia-nyiakan adanya info penting yang beredar di mailing list atau email groups. Hanya saja, mereka bila tidak hati-hati atau terlalu bernafsu mengejar kecepatan dan eksklusivitas berita dapat terperangkap dalam ranjau menyangkut cara mendapatkan informasi dasar.
Oleh karena, anggota mailing list atau e-mail groups sejatinya memiliki sejumlah aturan main (rules), yang antara lain menerapkan kaidah bahwa informasi apa pun yang beredar di lingkungan tersebut bersifat “hanya untuk diketahui anggota” atau “bukan untuk konsumsi umum”. Jika ada jurnalis yang ingin mengambil informasi dasar dari mailing list atau e-mail groups, maka selayaknya ia pun menerapkan etika yang sangat baku dan dijunjung tingi dalam profesi jurnalistik, yakni temukan faktanya dan lakukan pengujian ulang atau silang (check and recheck atau cross check) ke sejumlah nara sumber yang berkredibilitas sekaligus berkapabilitas.
 -. Berselancar di World Wide Web (WWW). Sebagaimana kebiasaan pengguna lain Internet, maka jurnalis termasuk yang paling sering berselancar di Internet untuk memanfaatkan berbagai informasi, bahkan menggunakan sejumlah informasi yang tersebar di berbagai laman sebagai acuan peliputannya.
Pada kenyataannya, tidak sedikit jurnalis yang secara sadar maupun tidak sadar memiliki kebiasaan sekadar menjadi “tukang cuplik” (copy and paste journalist) yang pada gilirannya bakal menumpulkan kemampuan menciptakan berita bermakna bagi publiknya. Padahal, setiap jurnalis harus tetap menyadari bahwa fakta terbaik bukanlah di balik layar komputer, tetapi mendapatkan atau mengujinya kembali di lapangan.
-. Bertukar dokumen melalui File Transfer Protocol (FTP) atau sisipan surat elektronik
(e-mail attachment).
Dalam menjalankan profesinya, jurnalis sering mengirimkan dan menerima dokumen memanfaatkan fasilitas FTP ataupun e-mail attachment, terutama bagi kalangan jurnalis foto/kamera yang mengirimkan dokumen beresolusi tinggi dan kapasitas besar. Jika menerapkan salah satu fasilitas Internet tersebut, maka para jurnalis ada baiknya memeriksa kembali apakah dokumen yang dikirim sudah tepat tujuannya atau diterima dari pihak yang dikenalnya. Selain itu, ada baiknya dokumen yang dikirimkan terlebih dulu “dikunci” (password) menggunakan aplikasi tambahan tertentu guna lebih menjamin keamanan/kerahasiaan, terutama yang menyangkut dokumen berizin publikasi secara hukum (copyright). Ada baiknya pula menggunakan password berkategori keamanan tertinggi dengan memanfaatkan perpaduan huruf besar dan kecil, serta angka. Misalnya, lebih baik menggunakan password b460n6 daripada bagong.
Hal semacam ini menjadi sangat penting manakala jurnalis menggunakan aplikasi email attachment bebas bayar, karena ada kecenderungan dari pihak penyedia jasa layanan e-mail gratis melakukan “pengintaian terselubung” terhadap pelanggannya. Bahkan, ada penyedia jasa layanan e-mail gratis yang kemudian hari menyebarkan kembali isi e-mail dan attachment-nya secara terpisah maupun bersamaan. Kasus semacam ini semakin sering terjadi, dan pihak penyedia jasa layanan e-mail gratis biasanya berkilah bahwa “ada kesalahan teknis”, dan celakanya pengguna Internet – termasuk kalangan jurnalis—sering mengabaikan “ketentuan dan syarat berlaku” (terms and conditions).
-. Berkomunikasi melalui Internet Relay Chat (IRC) atau Internet Messenger (IM). 
Sejalan dengan kemajuan TI, terutama berkaitan dengan kecepatan akses Internet, maka semakin banyak pengguna Internet memanfaatkan fasilitas IRC atau IM, yang lebih sering disebut chat atau chatting. Bahkan, semakin banyak pula jurnalis yang berwawancara menggunakan IRC atau IM (interview chatting) dengan nara sumbernya, layaknya wawancara bertelepon, untuk mengejar kecepatan sekaligus eksklusivitas pemberitaan. Tatkala melakukan interview chatting, maka jurnalis harulah tetap waspada guna menghindari ranjau bahwa pada kenyataannya termanipulasi mewawancarai orang yang salah. Bukan tidak mungkin sang nara sumber justru diwakili oleh pihak lain yang diberinya wewenang melakukan interview chatting dengan jurnalis. Dalam hal ini, jurnalis haruslah memanfaatkan “faktor kedekatan” dengan nara sumbernya secara cerdas dan profesional.
Bakal lebih celaka lagi bilamana ada di antara kedua pihak (jurnalis dan atau nara sumber) chatting di warung Internet (Internet café) yang kode akses mereka –setidaktidaknya user name dan password—saat masuk (log-in) ke fasilitas IRC atau IM  terlupa untuk perintah keluar (log-out).
Selain itu, fasilitas IRC dan IM yang dilayani secara gratis sama sekali tidak menjamin keamanan informasinya tersebar (atau tersebarkan) kembali, karena penyedia jasa layanan aplikasi Internet secara gratis banyak memanfaatkan aplikasi lainnya untuk tujuan promosi cuma-cuma ke pelanggan mereka.

-. Mencari sekaligus mengonfirmasi informasi menggunakan mesin pencari data (Netsearch atau Search Engine).
Fasilitas Netsearch atau Search Engine kini semakin popular di Internet, bahkan Google, perusahaan penyedian jasa layanan pencarian informasi secara online, dalam beberapa tahun terakhir ini senantiasa berada di peringkat atas yang digunakan para peselancar di dunia maya. Selain itu, Yahoo!, Altavista dan MSN termasuk netsearch/search engine yang populer di kalangan peselancar di dunia maya. Internet salah satu fungsinya adalah database online tanpa batas lantaran setiap saat memiliki informasi terkini. Hal inilah yang menjadi kelebihan dari fasilitas netsearch/search engine. Namun demikian, jurnalis yang senantiasa mengejar aktualitas informasi perlu  waspada dalam memanfaatkan informasi menggunakan netsearch/search engine karena begitu banyaknya informasi tersajikan untuk satu pokok bahasan.
Dengan semakin banyaknya informasi, maka di satu sisi membuka peluang bagi jurnalis untuk memperoleh bahan berita. Di sisi lain, jurnalis justru bisa terjebak mendapatkan dan mengembangkan informasi “kelas sampah”. Oleh karena itu, jurnalis harus tetap mengutamakan mekanisme check & recheck, mencantumkan alamat laman yang dikutip secara komplit, kemudian jangan melupakan kaidah dasar pemberitaan yang memadukan fakta, data dan para nara sumber Jika memperhatikan kecenderungan semakin cepat bertumbuh dan berkembangnya fasilitas sekaligus funsgi Internet, maka jurnalis ibarat menghadapi dua sisi mata uang dalam memanfaatkannya. Satu sisi kemudahan untuk mengembangkan pemberitaanya, dan di sisi kedua harus senantiasa waspada untuk tidak menggampangkan sistem GEDE (Gathering-Editing-Distributing-Evaluating) berita bermakna.

Layaknya profesi apa pun, maka jurnalis juga perlu waspada dengan ranjau-ranjau profesionalisme yang diistilahkan “penyalahgunaan” dan “penggunasalahan” kinerjanya. Apalagi, bagi jurnalis ber-Internet (cyber-journalist). “Penyalahgunaan” biasanya berkaitan langsung dengan memanfaatkan hal tertentu –sebut saja, penyebaran berita di Internet—yang sejak awal bertujuan mencapai maksud-maksud tertentu di luar etika profesi, misalnya jurnalis membuat berita untuk menyebarkan kebencian, dan menganggu ketertiban umum. Sementara itu, “penggunasalahan” sangat dapat dimungkinkan lantaran adanya kelalaian yang berdampak merugikan kepentingan pihak tertentu, contohnya jurnalis dengan kebiasaan copy and paste informasi di Internet membuat berita yang keliru lantaran salah menangkap makna.

Empat jenis Jurnalisme Online
Orang yang memproduksi content terutama untuk Internet, dan khususnya untuk World Wide Web, dapat dianggap bekerja untuk salah satu atau lebih dari empat jenis Jurnalisme Online yang tersebut di bawah ini. Berbagai jenis jurnalisme online itu dapat ditempatkan di antara dua domain. Domain pertama, adalah suatu rentangan, mulai dari situs yang berkonsentrasi pada konten editorial sampai ke situs-situs Web yang berbasis pada konektivitas publik.
Editorial content diartikan di sini sebagai teks (termasuk kata-kata yang tertulis atau terucapkan, gambar-gambar yang diam atau bergerak), yang dibuat atau diedit oleh jurnalis.
Sedangkan konektivitas publik dapat dipandang sebagai komunikasi ”titik ke titik yang standar” atau bisa juga kita nyatakan  komunikasi ”publik” tanpa perantaraan atau hambatan, misalnya, hambatan dalam bentuk proses penyuntingan atau moderasi.
Domain kedua, melihat pada tingkatan komunikasi partisipatoris, yang ditawarkan oleh situs berita bersangkutan. Sebuah situs dapat dianggap terbuka, jika ia memungkinkan pengguna untuk berbagi komentar, memposting, mem-file (misalnya: content dari situs tersebut) tanpa moderasi atau intervensi penyaringan. Sedangkan komunikasi partisipatoris tertutup dapat dirumuskan sebagai situs di mana pengguna mungkin berpartisipasi. Namun langkah komunikatif mereka harus melalui kontrol editorial yang ketat.
1.      Mainstream News sites
Bentuk media berita online yang paling tersebar luas adalah situs mainstream news. Situs ini menawarkan pilihan editorial content, baik yang disediakan oleh media induk yang terhubung (linked) dengannya atau memang sengaja diproduksi untuk versi Web. Tingkat komunikasi partisipatorisnya adalah cenderung tertutup atau minimal. Contoh: situs CNN, BBC, MSNBC, serta berbagai suratkabar online. Situs berita semacam ini pada dasarnya tak punya perbedaan mendasar dengan jurnalisme yang diterapkan di media cetak atau siaran, dalam hal penyampaian berita, nilai-nilai berita, dan hubungan dengan masyarakat, di Indonesia, yang sepadan dengan ini adalah detik.com, Astaga.com, atau Kompas Cyber Media.
2.      Index  and Category sites
Jenis jurnalisme ini sering dikaitkan dengan mesin pencari (search engines) tertentu (seperti Altavista atau Yahoo), perusahaan riset pemasaran (seperti Moreover) atau agensi (Newsindex), dan kadang-kadang bahkan individu yang melakukan usaha (Paperboy). Di sini, jurnalis online menawarkan links yang mendalam ke situs-situs berita yang ada di manapun di World Wide Web. Links tersebut kadang-kadang dikategorisasi dan bahkan diberi catatan oleh tim editorial. Situs-situs semacam ini umumnya tidak menawarkan banyak editorial content yang diproduksi sendiri, namun terkadang menawarkan ruang untuk chatting atau bertukar berita, tips dan links untuk publik umum.
3.      Meta and Comment Sites
Ini adalah situs tentang media berita dan isu-isu media secara umum. Kadang-kadang dimaksudkan sebagai pengawas media (misalnya: Mediachannel, Freedomforum, Poynter’s Medianews). Kadang-kadang juga dimaksudkan sebagai situs kategori dan indeks yang diperluas (seperti: European Journalism Center Medianews, Europemedia). Editorial content-nya sering diproduksi oleh berbagai jurnalis dan pada dasarnya mendiskusikan content lain, yang ditemukan di manapun di Internet. Content semacam itu didiskusikan dalam kerangka proses produksi media. ”Jurnalisme tentang jurnalisme” atau meta-journalism semacam ini cukup menjamur.
4.      Share and Discussion Sites
Ini merupakan situs-situs yang mengeksploitasi tuntutan publik bagi konektivitas, dengan menyediakan sebuah platform untuk mendiskusikan content yang ada di manapun di Internet. Dan kesuksesan Internet pada dasarnya memang disebabkan karena publik ingin berkoneksi atau berhubungan dengan orang lain, dalam tingkatan global yang tanpa batas.
Situs semacam ini bisa dibilang memanfaatkan potensi Internet, sebagai sarana untuk bertukar ide, cerita, dan sebagainya. Kadang-kadang dipilih suatu tema spesifik, seperti: aktivitas anti-globalisasi berskala dunia (situs Independent Media Centers, atau umumnya dikenal sebagai Indymedia), atau berita-berita tentang komputer (situs Slashdot).
Jurnalisme Online tidak hanya dituntut untuk memiliki karakter tulisan yang pendek saja tapi juga kelengkapan suatu berta juga hars diperhatikan. Selain itu Jagat kewartawanan yang senantiasa memperjuangkan hadirnya “makna” bagi khalayaknya sulit melepaskan jargon menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap, sehingga menjadi bernilai penting.

“Wartawan bukanlah Pahlawan. Wartawan lebih tepat sebagai pencatat sejarah, yang
dalam tugasnya seringkali mengabadikan kegiatan dan sosok kepahlawanan.”
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: