Label

Rabu, 21 Maret 2012

Menulis Opini

Oleh: Richi Anyan

1. Memahami Konteks
 
• Penulis adalah dosen, mahasiswa, pendidik, atau pribadi yang terlibat dalam sebuiah persoalan. Jika dibandingkan dengan pertandingan sepak bola, penulis mestinya terlibat membangun permainan, bukan penonton di pinggir lapangan. Dalam konteks menulis, mengkritiki sekaligus terlibat memperbaiki keadaan.

• Dalam dinamika reflektif, siapapun perlu berusaha memahami dan mengenal konteks latar belakang diri sendiri dan orang lain, peristiwa, atau tempat yang dihadapinya. Seorang guru (misalnya) yang menulis perlu mencoba mengenal konteks topik yang akan ditulisnya: lingkungan, kebiasaan, budaya, latar ekonomi, nilai-nilai tradisi yang dihidupi di tempat tertentu. Berusaha mengerti keprihatinan, masalah dan tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat pendidikan. Dengan demikian penulis dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dan dapat dikembangkan mengenai sebuah masyarakat.

• Konteks untuk menyampaikan tulisan adalah wacana tentang nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan. Maksudnya agar pembaca menyadari nilai-nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Nilai-nilai yang mestinya diperjuangkan seperti: persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggungjawab, kerja keras, kasih, kepentingan bersama, cinta lingkungan hidup.

• Konteks yang lain adalah lingkungan masyarakat yang mengusahakan suasana yang menghargai setiap orang, ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang benar, yang baik, dan yang indah. Idealnya, masyarakat sebagai bentuk kehidupan bersama merupakan tempat orang dipuji dan dihormati, tempat saling membantu, bekerjasama dengan semangat dan murah hati untuk menyatakan secara konkret melalui perkataan dan perbuatan idealisme bersama.

• Kebiasaan menulis mengandaikan ada tiga hal penting yakni pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan. Covey (1994) menyebut pengetahuan sebagai apa yang harus dilakukan dan mengapa, keinginan sebagai motivasi atau dorongan untuk melakukan, sedangkan ketrampilan adalah bagaimana melakukannya.

2. Memulai Menulis
 
• Opini mengupas suatu masalah sebagai tanggapan terhadap persoalan yang aktual dengan tujuan untuk memberitahu, mempengaruhi, meyakinkan, atau menjernihkan persoalan yang kontroversial. Opini berawal dari masalah, tanggapan penulis dapat menyetujui, menolak, mengkritisi, memberikan alternatif, terhadap masalah tersebut.

• Menulis artikel opini untuk koran – majalah – atau media cetak (intern/ lingkup terbatas) mesti mengambil sudut pandang yang unik dan cerdas, serta menggugah rasa ingin tahu pembaca. Karya demikian bukan berarti menulis secara njlimet. Bentuk tulisan yang disajikan sebagai sarana komunikasi, menerjemahkan masalah yang rumit ke dalam bahasa yang dimengerti secara umum.

• Empat hal penting sebagai panduan awal untuk memulai menulis adalah
- kepada siapa tulisan akan disajikan - media apa (koran, majalah) dan yang mana (nama media, lokal/ nasional) - gaya penulisan apa yang paling tepat - seberapa lama tulisan itu dibaca oleh pembaca

• Memublikasikan tulisan di media massa berarti mendedikasikan ide untuk pembaca awam, membagikan ilmu kepada mereka yang bukan ahli tetapi membutuhkan ilmu tersebut. Untuk itu, yang perlu diperhitungkan oleh penulis adalah mengaitkan isi tulisannya dengan kondisi atau peristiwa aktual di masyarakat, mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari, memperkenalkan ilmu atau temuan baru. Penyampaian ide dapat memanfaatkan struktur umum sebuah tulisan opini yakni masalah – evaluasi – solusi.

• Pembukaan yang menarik mesti diikuti pemaparan dalam tubuh tulisan secara fokus, sesuai tema yang disitir dalam pembuka. Berbagai alur pemaparan dapat dipilih, entah kronologis, proses, deduksi, maupun induksi. Penting untuk diingat, tulisan yang berhasil biasanya fokus, hanya mengatakan satu hal, dan tidak bertele-tele, ”Less is more”, kata Hemingway, pendek mudah diingat.

• Karena didedikasikan kepada pembaca yang umumnya awam, penulis perlu mengurangi istilah-istilah asing, bahkan kalau perlu istilah asing ditinggalkan, Kalau memungkinkan diterjemahkan, bisa juga dicarikan definisi atau sinonimnya. Istilah asing hanya digunakan sejauh hal itu mudah digunakan dan dipahami pembaca. Jauhkan dari pemikiran bahwa menggunakan istilah asing sama dengan elit.

• Surat penolakan redaktur dapat menjadi sarana untuk mengenali syarat-syarat opini yang baik : ” ... kami menilai artikel tersebut tidak dapat dimuat di harian KOMPAS. Pertimbangan kami, diskusi kurang berimbang, pembahasan hanya dari satu segi sedangkan segi lainnya kurang ditampilkan. Harapan kami, Anda masih bersedia menulis lagi untuk melayani masyarakat melalui KOMPAS, dengan topik atau tema tulisan yang aktual dan relevan dengan persoalan dalam masyarakat, disajikan secara menarik …”
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: