Pendahuluan
Bagi kebanyakan orang, bahasa dan kekuasaan adalah dua
bidang yang tidak berhubungan.
Pengamatan ini hampir benar manakala bahasa hanya direduksi sebagai tatabahasa
dan kekuasaan hanya direduksi sebagai teori politik belaka. Dalam praktik
sosial, semua itu akan kelihatan transparan.
Dinamika
Pandangan tentang Bahasa:
- Bahasa sebagai alat mengungkapkan kebenaran, mengekspresikan sesuatu yang artistik dan persuasif, serta sebagai “senjata ampuh” dalam percaturan politik tingkat tinggi. (Dari Yunani abad IV SM - Athena abad V M)
- Bahasa sebagai struktur: mengkaji tentang bunyi, kata, dan kalimat. (FDS, 1915; Bloomfiled, 1930)
- Bahasa berada dalam konteks sosial; fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi itu terlaksana dalam bahasa. (M.A.K Halliday)
- Hipotesis Sapir Whorf; bahasa, pikiran, tingkah laku.
- Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai transaksi pesan di dalam kalimat, namun berfungsi sebagai alat komunikasi pembicara dan lawan bicara. (sosiolinguistik, analisis wacana, pragmatik)
- Bahasa (wacana) merupakan bentuk perilaku sosial. Bahasa sebagai alat kekuasaan dan hegemoni. Bahasa untuk “menelanjangi” praktik-praktik kekuasaan (sosiopolitikolinguistik; analisis wacana kritis)
Hubungan Bahasa Indonesia dan Kekuasaan
dalam Konteks Indonesia
Zaman Perjuangan:
Sistem
komunikasi satu arah/ Top Down
Penjajah,
Commissie
voor de Volks-lectuur (KBR)
alat
perjuangan
revolusioner
dan lugas
berjoeang, merdeka, merdeka ataoe mati, penjajah,
penjajahan, dan perjoeangan
Bahasa Indonesia telah membuktikan dirinya sejak tahun
1908 hingga tahun 1945 sebagai (1) bahasa pemersatu bangsa Indonesia dalam
menghadapi politik pecah belah penjajah, (2) identitas bangsa Indonesia di
tengah-tengah situasi banyaknya identitas lokal, (3) alat perjuangan bagi
bangsa Indonesia dalam menghadapi kolonialisme, dan (4) bahasa yang lugas,
revolusioner, dan penuh vitalitas menghadapi imperialisme linguistik
Orde Lama
Sistem
komunikasi satu arah/ Top Down
Presiden
Soekarno
alat
perlawanan
revolusioner,lugas,
persuasif, hiperbol, metaforis
kebangsaan, nasionalisme, kedaulatan, persatuan dan
kesatuan, berjuang, berdikari, kemerdekaan, revolusioner, jasmerah, dan
ganyang Malaysia
Eksploitasi terhadap kata-kata tersebut, selain
mencitrakan daya perlawanan juga mampu membentuk, menggerakkan, dan
mengendalikan semangat rakyat untuk menghadapi kolonialisme atau masa depan.
Soekarno melakukan itu semua dalam praktik komunikasi yang hirarkis, satu arah,
dan top down.
Orde Baru
Sistem
komunikasi satu arah/ Top Down
Presiden
Soeharto, Birokrat, P3B, Pers
alat
pem-bangunan dan kekuasaan
eufimistis,
indirect, pereduksian, intruktif
pertumbuhan ekonomi, modernisasi, teknologi, stabilitas sosial,
stabilitas politik, stabilitas ekonomi, lepas landas, pembangunan, normalisasi,
bersih lingkungan, bahaya laten, ekstrim kiri, ekstrim kanan, prasejahtera,
desa tertinggal, swasembada, tunawisma, diamankan, dibina, P4, penataran, ditunggangi
Rezim Orde Baru menguasi dunia simbol, dengan
rekayasa bahasa membelokkan makna kata-kata dan menghilangkan kelugasannya.
Melalui kontrol dalam praktik bahasa yang hirarkis dan top down,
ideologi developmentalism ditanamkan.
Orde Reformasi
Sistem
komunikasi dua arah/TD-BU
presiden,
politikus, pers
alat
pembebasan
egaliter,
lugas, kasar
adili,
turunkan harga, Gus – anda (presiden), taman kanak-kanak, kriminalisasi,
penumpang gelap, ditunggangi, demonstrasi
Dengan rekayasa bahasa (laguage engineering), para
elit politik yang berkuasa maupun yang di luar kekuasaan dan juga pers,
sama-sama bersaing membangun hegemoni dalam pemakaian bahasa. Dengan kata lain,
bahasa Nasional dieksploitasi untuk mencapai tujuan politik, yakni
mempertahankan status quo, merebut kekuasaan, atau kepentingan kapital
semata.
Penutup
Bahasa
Indonesia sejak masa perjuangan, masa kemerdekaan, masa pembangunan, dan masa
reformasi tidak pernah luput dari ajang penggelaran operasi-operasi kekuasaan.
Namun sebaliknya, praktik kekuasaan dan
pergeseran-pergeseran politik dalam kesejarahan bangsa Indonesia, yang di
dalamnya mencakup bentuk-bentuk distorsi, manipulasi, ketegangan, dan
pertarungan melalui bahasa Indonesia dapat diungkapkan.