Label

Selasa, 27 Desember 2011

Bahasa dan Kekuasaan di Indonesia

Pendahuluan
Bagi kebanyakan orang, bahasa dan kekuasaan adalah dua bidang yang  tidak berhubungan. Pengamatan ini hampir benar manakala bahasa hanya direduksi sebagai tatabahasa dan kekuasaan hanya direduksi sebagai teori politik belaka. Dalam praktik sosial, semua itu akan kelihatan transparan.
Dinamika Pandangan tentang Bahasa:
  • Bahasa sebagai alat mengungkapkan kebenaran, mengekspresikan sesuatu yang artistik dan persuasif, serta sebagai “senjata ampuh” dalam percaturan politik tingkat tinggi. (Dari Yunani abad IV SM - Athena abad V M)
  • Bahasa sebagai struktur: mengkaji tentang bunyi, kata, dan kalimat. (FDS, 1915; Bloomfiled, 1930)
  • Bahasa berada dalam konteks sosial; fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi itu terlaksana dalam bahasa. (M.A.K Halliday)
  • Hipotesis Sapir Whorf; bahasa, pikiran, tingkah laku.
  • Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai transaksi pesan di dalam kalimat, namun berfungsi sebagai alat komunikasi pembicara dan lawan bicara. (sosiolinguistik, analisis wacana, pragmatik)
  • Bahasa (wacana) merupakan bentuk perilaku sosial. Bahasa sebagai alat kekuasaan dan hegemoni. Bahasa untuk “menelanjangi” praktik-praktik kekuasaan (sosiopolitikolinguistik; analisis wacana kritis)
Hubungan Bahasa Indonesia dan Kekuasaan dalam Konteks Indonesia
Zaman Perjuangan:
Sistem komunikasi satu arah/   Top Down
Penjajah, 
Commissie voor de Volks-lectuur (KBR)
alat perjuangan
revolusioner dan lugas
berjoeang, merdeka, merdeka ataoe mati, penjajah, penjajahan, dan perjoeangan
Bahasa Indonesia telah membuktikan dirinya sejak tahun 1908 hingga tahun 1945 sebagai (1) bahasa pemersatu bangsa Indonesia dalam menghadapi politik pecah belah penjajah, (2) identitas bangsa Indonesia di tengah-tengah situasi banyaknya identitas lokal, (3) alat perjuangan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi kolonialisme, dan (4) bahasa yang lugas, revolusioner, dan penuh vitalitas menghadapi imperialisme linguistik
Orde Lama
Sistem komunikasi satu arah/   Top Down
Presiden Soekarno
alat perlawanan
revolusioner,lugas, persuasif, hiperbol, metaforis
kebangsaan, nasionalisme, kedaulatan, persatuan dan kesatuan, berjuang, berdikari, kemerdekaan, revolusioner, jasmerah, dan ganyang Malaysia
Eksploitasi terhadap kata-kata tersebut, selain mencitrakan daya perlawanan juga mampu membentuk, menggerakkan, dan mengendalikan semangat rakyat untuk menghadapi kolonialisme atau masa depan. Soekarno melakukan itu semua dalam praktik komunikasi yang hirarkis, satu arah, dan top down.

Orde Baru
Sistem komunikasi satu arah/   Top Down
Presiden Soeharto, Birokrat, P3B, Pers
alat pem-bangunan dan kekuasaan
eufimistis, indirect, pereduksian, intruktif

pertumbuhan ekonomi, modernisasi, teknologi, stabilitas sosial, stabilitas politik, stabilitas ekonomi, lepas landas, pembangunan, normalisasi, bersih lingkungan, bahaya laten, ekstrim kiri, ekstrim kanan, prasejahtera, desa tertinggal, swasembada, tunawisma, diamankan, dibina, P4, penataran, ditunggangi
Rezim Orde Baru menguasi dunia simbol, dengan rekayasa bahasa membelokkan makna kata-kata dan menghilangkan kelugasannya. Melalui kontrol dalam praktik bahasa yang hirarkis dan top down, ideologi developmentalism ditanamkan.

Orde Reformasi
Sistem komunikasi dua arah/TD-BU
presiden, politikus, pers
alat pembebasan
egaliter, lugas, kasar
adili, turunkan harga, Gus – anda (presiden), taman kanak-kanak, kriminalisasi, penumpang gelap, ditunggangi, demonstrasi
Dengan rekayasa bahasa (laguage engineering), para elit politik yang berkuasa maupun yang di luar kekuasaan dan juga pers, sama-sama bersaing membangun hegemoni dalam pemakaian bahasa. Dengan kata lain, bahasa Nasional dieksploitasi untuk mencapai tujuan politik, yakni mempertahankan status quo, merebut kekuasaan, atau kepentingan kapital semata.

Penutup
Bahasa Indonesia sejak masa perjuangan, masa kemerdekaan, masa pembangunan, dan masa reformasi tidak pernah luput dari ajang penggelaran operasi-operasi kekuasaan. 
Namun sebaliknya, praktik kekuasaan dan pergeseran-pergeseran politik dalam kesejarahan bangsa Indonesia, yang di dalamnya mencakup bentuk-bentuk distorsi, manipulasi, ketegangan, dan pertarungan melalui bahasa Indonesia dapat diungkapkan.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: