Label

Sabtu, 25 Februari 2012

Hilangnya Mesin Penggerak

Ada banyak sekali keprihatinan yang muncul akibat mundurnya gerakan mahasiswa saat ini. Hal ini dapat dilihat dari study oriented yang diprioritaskan oleh mahasiswa. Selain itu, mahasiswa sekarang menjadi lebih apatis terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar mereka. Mahasiswa baru bisa bergerak kecuali permasalahan itu datang dan menimpa diri aaatau organisasi yang berhubungan dengan dirinya. Berbanding terbalik dengan gerakan mahasiswa yang terjadi pada pra-kemerdekaan atau pada saat penglengseran rezim Orde Baru. 
Kalau boleh dianalisa, kemunduran pergerakan kemahasiswaan ini disebabkan oleh hilangnya motor penggerak. Pada pra kemerdekaan bangsa ini, mahasiswa bergabung dengan semua elemen masyarakat bergerak bersama melawan penjajah. Begitu juga dengan era penglengseran Presiden Soeharto. Walaupun pada era yang berbeda, dan musuh rakyat pun berbeda, tapi ada satu kesamaan. Sebagai conton, pada masa pra-kemerdekaan, masa digerakan oleh orang-orang tertentu seperti Soekarno, Cs. Saat itu masa bersama-sama mendengarkan satu komando yaitu dari Soekarno. 
Berbeda waktu, berbeda pula motor penggeraknya. Hal itulah yang terjadi pada masa penglengseran rezim Soeharto. Pada saat itu, tidak dapat dipungkiri kalau ada orang dibalik gerakan masa, atau yang sering dikenal dengan “kaum intelektual kampus”. Kaum intelektual kampus ini tidak hanya terdiri dari mahasiswa saja, tapi juga ada banyak sekali kalangan seperti Amien Rais, Abdulrahman Wahid, Budiman Sujadmiko, dan lain sebagainya daari kalangan yang berbeda. Mereka inilah yang menjadi otak dari semua gerakan yang terjadi saat penglengseran Rezil Orde Baru. Mereka inilah yang menjadi inspirator dari berbagai gerakan yang terjadi saat itu.
Akan tetapi, hal itu sudah tidak ada lagi saat ini. Berbagai aksi yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini, timbul dari kesadaran masing-masing organisasi mahasiswa. Hal ini berujung pada gerakan mahasiswa yang terpecah. Dapat diambil contoh, pada saat demonstrasi mahsiswa berkaitan dengan kasus Century, di Yogyakarta pada hari yang bersamaan, ada sampai tujuh titik dengan masa yang berbeda dalam jumlah sedikit. Hal ini berujung pada aspirasi mahasiswa yang tidak ditanggapi oleh pemerintah.
Hilangnya kaum intelektul kampus ini tidak hanya berpengaruh pada pergerakan klemahasiswaan saja, tapi juga pada diri mahasiswa itu sendiri untuk berorganisasi dan peduli akan berbagai permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Atau dengan kata lain mahasiswa semakin apatis dengan berbagai permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Walaupun keapatisan mahasiswa tidak hanya terjadi karena hilangnya “mesin Penggerak”, tapi juga karena konstruksi sosial yang senga di bentuk. Akan tetapi dengan hilangnya motor penggerak ini semakin memperparah keapatisn mahasiswa, karena tidak ada lagi orang atau tokoh yang bisa meyakinkan mahasiswa akan pentingnya berorganisasi dan peduli terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Pertanyaannya, apakah kita juga mau tinggal diam melihat hal ini terjadi?
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: