Label

Sabtu, 25 Februari 2012

Hikayat Perang Sabil

Oleh: Richi Richardus P. Anyan

Latar Belakang

Kalau seandainya para penyair di Indonesia hidup di tanah Aceh, maka mereka akan dianggap seperti orang-orang biasa. Mana mungkin tidak? Orang-orang Aceh terkenal dengan orang-orang yang pandai membuat puisi. Budaya Aceh adalah salah stu budaya yag sangat sulit utk dipisahkan dari sastra.

H.B. Jasin (Paus Sastra Indonesia) pernah mengatakan dalam sebuah esainya bahwa orang-orang Aceh dapat membuat puisi yang sangat indah dalam sekejap. Karena itu, tidak heran kalau Tanah Aceh melahirkan banyak sastrawan bagi bangsa ini seperti: L.K Ara, A. Hamzah, Hasyim KS, Ibrahim Kadir, Nurdin AR, Tjoet Sofyan, Syamsul Kahar, Barlian AW, Rosni Idham dan lain-lain.

Berkisah tentang Sastra Aceh sama seperti kita kembali lagi menggali kubur Sultan Iskandar Muda dan memaksanya untuk bercerita tentang bagaimana masuknya islam ke tanah aceh dan kisah romantisme masa kejayaan masyarakat aceh di jamannya. Mungkin kira-kira seperti itu.

Beberapa kali saya berdialog dengan orang-orang aceh tentang budaya dan sastranya sendiri, hal yang selalu saya dapatkan adalah tentang cerita romantisme masa lalu tentang bagaimana Sultan Iskandar Muda serta tetek-bengeknya menjadikan kerajaannya sebagai salah satu kerajaan yang patut diperhitungkan di Jagat Raya ini.

Keterkaitan antara sastra dan budaya inilah yang membuat aku tertarik untuk menjadikan materi ini sebagai sebuah materi diskusi. Selain itu, perubahan hikayat-hikayat yang sangat dipengaruhi oleh agama membuat suatu kemenarkan khusus untuk kjita bahas juga pada kesempatan ini.

Hikayat Prang Sabil

Selama Perang Aceh berlangsung hampir empat dekade pada akhir abad ke-19 M, majlis-majlis pembacaan epos selalu berlangsung pada malam hari. Diilhami epos-epos yang telah ada, seorang penyair Aceh akhir abad ke-19 M.Cik Pante Kulu menulis hikayat terkenal yaitu Hikayat Perang Sabil. Pembacaan hikayat ini oleh sang penyair, dan juga hikayat perang lainnya, mampu memulihkan semangat juang perajurit Aceh yang mulai melemah pada akhir abad ke-19 M.

Paparan dalam Hikayat Soydina Usin sendiri di Aceh bukan saja dijadikan dasar penyelenggaraan Hari Asan Usin atau Hari Asura, tetapi juga mengilhami bentuk tari yang heroik dan masyhur Seudati. Tepukan dada berulang-ulang yang dilakukan penari Seudati dapat dirujuk pada deskripsi dalam Hikayat Sayidina Husein, yaitu episode takziyah, ketika Syahrbanum dan sanak saudaranya menangis dan menepuk-nepuk dada begitu mendengar Sayidina Husein gugur di padang Kerbela dengan tangan terpotong, tubuh berlumur darah dan kepala terpisah dari badan.

Bala tentara kolonial Belanda pada tanggal 26 Maret 1873 menyampaikan manifesto perang kepada Kerajaan Aceh, karena ultimatum yang berisi tuntutan agar Aceh mengakui kedaulatan Belanda tidak mendapat jawaban yang memuaskan, maka Belanda pada tanggal 8 April 1873 mulai menyerang.

Armada laut Belanda yang terdiri dari enam buah kapal uap, lima buah kapal layar, lima buah kapal barkhas, delapan buah kapal peronda, enam buah kapal pengangkut, dua buah kapal angkatan laut, satu buah kapal komando, dibawah komando Jenderal J.H.R. Kohler mendaratkan kekuatan angkatan bersenjatanya di pantai Aceh besar.

Seri Paduka Bangta Muda Tuanku Hasyim menyerukan agar ‘Tanah Aceh’ dipertahankan matia-matian, meskipun tinggal sampai sebesar nyiru sekalipun. Kepada masyarakat Aceh disampaikan melalui pelbagai jalur komunikasi yang ada mengenai sebab-musabab ketegangan yang disebabkan oleh serangan pihak Belanda, serta cara-cara mengatasinya. Jalan yang ditempuh untuk mengatasi ketegangan ialah dengan bertempur melawan musuh yang dianggap merusak sendi-sendi agama Islam.

Unsur perang sabil yang telah lama berada dalam masyarakat Aceh diangkat sebagai basis ideologi, diaktifkan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam perlawanan terhadap Belanda. Wajarlah jika para pemimpin agama menimba ilmu dari kitab suci Al-Qur’an yang merupakan sumber hukum tertinggi dalam agama Islam, menggubah hikayat dengan maksud agar setiap Muslim merasa terpanggil untuk memenuhi kewajiban berperang di jalan Allah.

Ketika negeri Aceh dilanda serangan bangsa yang dianggap kafir, para ulama berupaya agar umat dapat dididik dengan berbagai cara hingga mampu memiliki motivasi yang padu dalam mengusir Belanda. Hal demikian dapat terjadi dalam satu masyarakat, seperti masyarakat Aceh, yang nilai keagamaannya memainkan peranan penting. Sehingga agama dan politik dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang logam yang sama.

Berbeda dengan sastra Melayu yang mengenal hikayat sebagai prosa, dalam sastra Aceh, hikayat adalah puisi diluar jenis pantun, nasib, dan kisah. Hikayat bagi orang Aceh tidak hanya berisi cerita fiksi belaka, tetapi berisi pula butir-butir yang menyangkut pengajaran moral. Orang Aceh sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat, yang sampai pada awal abad XX merupakan hiburan utama yang bersifat mendidik.

Sesungguhnya, hikayat-hikayat perang sabil ini telah ada semenjak Aceh bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang, yang terus diwariskan turun-temurun kepada generasi-generasi berikutnya. Syaikh Muhammad Ibn Abbas alias Tgk Chik Kutakarang dalam kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin merujuk Hikayat Malem Dagang sebagai peristiwa perang melawan kafir dimasa lalu dan menasihatkan kepada semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari kisah-kisah perlawanan seperti itu.

Selain daripada itu, ada juga naskah hikayat perang sabil yang ditulis pada 5 Oktober 1710 (11 Sya’ban 1122 H) yang mencantumkan sumber gubahannya dari kitab yang bernama Mukhtasar Muthiri’I-gharam yang berasal dari Syaikh Ahmad Ibn Musa. Ada pula naskah lainnya tentang hikayat perang sabil yang ditulis pada tahun 1834. Gubahan tersebut bersumber dari kitabnya Syaikh Abd al-Samad al-Falimbani murid dari Syaikh Abdussamad yang bertempat tinggal di Mekkah.

Dari segi isinya, hikayat-hikayat perang sabil dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu : (1) yang berisi anjuran untuk berperang sabil dengan menunjukkan pahala, keuntungan, dan kebahagiaan yang akan diraih, (2) yang berisi berita mengenai tokoh atau keadaan peperangan di suatu tempat yang patut disampaikan kepada masyarakat untuk mendorong semangat orang-orang Muslimin yang sedang berjihad, (3) yang mencakup kedua-dua kategori yang tersebut terdahulu.

Selain daripada itu, disampaikan pula mengenai faedah yang akan diperoleh bagi mereka yang mengeluarkan dana untuk kepentingan perang sabil. Dimana Allah SWT akan membalasnya dengan imbalan berlipat ganda dan mereka pun akan dimasukkan ke dalam surga.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman : “...orang yang menafkahkan hartanya pada jalan kebajikan (sabilillah) seperti buah biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah seratus biji, Allah mempunyai karunia luas lagi mengetahui”.

Dalam masa perang dengan belanda, orang Aceh membaca hikayat perang sabil di dayah-dayah atau pesantren, di meunasah-meunasah, dan di rumah-rumah, ataupun di tempat lainnya sebelum orang pergi bertempur melawan Belanda. Di daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh Belanda, orang membaca dan mendengarkan hikayat perang sabil secara sembunyi-sembunyi, khawatir ditangkap oleh pihak Belanda.

Belanda menganggap hikayat perang sabil itu sangat berbahaya, sebab dapat membangkitkan semangat melawan Belanda. Begitu besar kekhawatiran Belanda terhadap pengaruh hikayat perang sabil, sehingga Gubernur Aceh –A.H. Philips- dalam memori serah terima jabatannya menyatakan bahwa membaca hikayat perang sabil yang diadakan dihadapan umum dapat merangsang pembaca atau pendengarnya sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan keseimbangan jiwa yang kemudian disalurkan dalam tindakan membunuh Kaphe -Kafir Belanda- , sebab itu adalah penting sekali apabila hikayat-hikayat seperti itu disita dan dimusnahkan menjadi makanan api.

Hikayat-hikayat perang sabil ditulis dalam bahasa Aceh, adapun kutipan yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari sebagian kecil hikayat-hikayat perang sabil tersebut adalah sebagai berikut :

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah khaliqul asyya’, segala hal ciptaan Rabbi
Arasy kursi surga neraka, semua langit dunia dan bumi
Kemudian selawat salam hamba, kepada junjungan penghulu Nabi
Kepada waris bersama sahabat, termasuk sekalian Muhajir Anshari


Setelah selesai puji selawat, berilah hidayat hamba yang fakir
Insya Allah dengan tolong tuhan, hamba berkabar hal perang sabil
Kabar kitab hamba kan karang, biarlah kukarang yang mana jadi
Hamba perbuat atas kebajikan, mudah-mudahan pahala diberi...


...Jikalau kacau serta salah, janganlah marah pada fakir ini
Aku menulis dipihak Allah, semata-mata karena Illahi
Wahai tuan adik dan abang, jangan hindari berperang sabil
Jangan hitung para hulubalang, sudah dirasuki jin dan pari
Wahai tuan dunia akhir, agama tak lagi di segala negeri


Semua ulama berdiam diri, akan perang kafir tiada perduli
Lidah ulama semau lah kelu, tak lagi perduli kerja perang sabil
Melainkan yang ada dengan izin Allah, Tengku di Tiro mewakili Nabi
Ulama lain di setiap negeri, berdiam diri tiada perduli
Mereka sangka dapat lepas, ketika diperiksa di hari nanti


Pada hari menghadap Allah, takkan lepas wahai sayidi
Demikian dikatakan dalam kitab, firman Alllah dengan hadith Nabi
Wahai tuan adinda sahabat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi
Dari semua ibadat yang ada, yang terlebih mulia berperang sabil
Kutipan hadith tak hamba baca, hanya makna tertulis disini


Untuk peringatan jaga-jaga, barangkali lupa semua akhi
Wahai tuan baik-baik fahami, bukan tak menentu yang kukabari
Sengaja kuambil uraian ini, dari Mathirilgharam kitab perang sabil
Didalam Al-Qur’an diriwayatkan, firman Hadarat Tuhanku Rabbi
Beserta hadith pemimpin umat, sungguh jangan lupa wahai akhi


Hadith Nabi sangat sekali saheh, tak ada jalan lari dari perang sabil
Imbalan diberi tanpa alasan, memang lah tersedia surga nan tinggi
Demikian didapat disetiap kitab, utama ibadat memang perang sabil
Dengarlah tuan kubaca ayat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi


Surga untuk mereka. Meraka berperang pada jalan Allah,
Lantas mereka membunuh atau terbunuh.
Itulah janji Allah yang pasti didalam Taurat, Injil, dan Quran.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ?.
Sebab itu bergembiralah kamu dengan perjanjian yang telah kamu ikat itu.
Dan itulah kemenangan yang besar.
Agar sangat dimuliakan wahai sayidi, kita dibeli Rabbul Karim,
Sebagai harganya surga nan tinggi.
Siapa menyerahkan nyawa dan harta, dibelanjakan pada perang sabil...


...Kemana pergi wahai sahabat, memanglah kita kan wajib mati
Seperti firman dari Hadarat, dalam ayat terlihat bukti
Dimana juga kamu berada maut itu pasti menghampiri, walau kamu berada
dalam benteng yang tinggi, kuat dan kokoh
Walau sembunyi di peti besi, mati takkan bisa dihindari
Demikianlah kukatakan lelaki pujaan, semua ingat masing-masing diri...


...Jikalau mati di kamar tidur, keadaan terdesak tiada terperi
Sangat sakit nayawa diambil, yang bukan terkena senjata kafir
Biar dalam saf perang waktu dihantam, biar terlentang membunuh kafir
Wahai tuan adinda yang berbahagia duduk termenung janganlah lagi...


...Dipihak kita wahai saudara, melawan kafir bimbang di hati
Demikian Tuhan memberi anda, mengapa tuan syak di hati
Ya Allah Wahidul Qahhar, Rabban Ghafurun Tuhanku Rabbi
Berilah hamba ketetapan hati, melawan Belanda kafir harbi
Wahai adinda semua saudara, wahai tuan jangan berdiam lagi...


...Saksi hamba adalah Allah, Rasulullah Penghulu kami
Ketiga dengan tuan guru payung hamba, itulah tiga menjadi saksi
Takkan hamba ubah yang telah terucapkan, takkan hamba inginkan dunia ini
Seusai sang bintang timur, disembahnya tuan guru jari dan kaki
Bangkit ia segera berlalu, heran guru bibir terkunci...


...Yang dahulu wahai buah hati, tak pernah kafir ke pulau Ruja
Saat ini sudahlah kesampaian, telah datang kafir mengantar surga
Begitulah kukatakan istri pujaan, semua kita berbahagia raya
Zaman ketika nenek moyang kita, tiada pernah begini wahai bintara
Setelah zaman dahulu kala, masih ada Nabi Sayidil Anbia


Semenjak itu tak pernah lagi berperang sabil, karunia Rabbi kini baru ada
Tuhan kita Rabbul ‘Izzah, amat mengasihi semua hamba
Diberi jalan yang besar sekali, jalan pulang kedalam surga
Wahai teungku raja bahagia, jangan lagi tergiur berniaga
Jika tidak memerangi seteru Allah, sesal kemudian putus asa


Hai teungku yang bangsawan, firman Tuhan lahir nyata
Patuhlah kepada ayat-ayat Qur’an, firman Tuhan Rabbul A’la
‘Jika kamu tiada mau berperang, niscaya Allah menyiksamu dengan azab yang pedih
dan Dia akan menukar kamu dengan kamu yang lain’
Itulah firman wahai buah hati


Dijatuhi siksa bukan kepalang, yang tidak memerangi kafir Belanda
Itulah yang kukatakan wahai abang, hai saudara bukan main-main lagi
Sebelum diberikan pengganti lain, jangan hindari semua perkara
Jika kita tak mau melaksanakan, disuruh yang lain lawan Belanda
Misal kisah Ashabi Fil, ketika Nabi belum lahir di dunia...


...Begitulah Allah membuat kita suka, mengapa tidak juga memerangiBelanda
Hai teungku adik buah hati, tak ada tandingan perang Belanda
Niatkan saja melawan kafir, dosa tidak lagi pada anggota
Turun dari rumah sebuah langkah, niat pergi memerangi Belanda
Segala dosa habislah sudah, ibarat budak baru dilahirkan...


...Diberi pahala oleh Tuhan, sepuluh budak diberi merdeka
Begitulah diberi hai buah hati, sekali membedil atas Belanda
Jika banyak seteru dibedil, coba pikir berapa banyak pahala
Pergi ke tanah Arab hai lelaki pujaan, kita merugi dengan harta
Kita berada disana beribu hari, tidak hai adik sama pahala...


...Satu malam yang ini seribu yang lain, sungguh sangat lebih Tuhan karunia
Ini lain lagi yang sangat terlebih, satu saat tegak dalam perang
Perang lawan kafir satu saat, itulah yang terbaik dari yang pernah ada
Lebih dari Lailatul Qadar, demikian sabda Nabi kita
Satu saat ini semalam yang lain, sungguh sangat lebih hai saudara...


...Jihad itu wajib atas kamu, maknanya demikian hai saudara
Memerangi kafir fardhu ‘ain, yakinlah semuanya
Begitu hadith Sayidil Mursalin, Muhammad Amin pelita dunia
Wahai kaum wajib fahami, sendi Islam tiga perkara
Pertama Syahadat, kedua Sembahyang, ketiga Memerangi Kafir


Jika tidak demikian kurang imbang, percaya abang hadith Mustafa
Sungguh wajib di masa ini, sebab negeri diduduki Belanda
Jangan lagi berdiam diri, menyesal nanti dalam neraka
Jangan percaya orang alim, jika tak mau melawan Belanda
Meski mampu terbang bak burung, jangan abang mempercayainya


Jangan disitu anda warisi ibarat, orang alim yang sudah setan perdaya
Cari dalih dalam berniaga, ringggit ditabung satu dua
Ayat menganjurkan perang hirau tiada, hati gelap mata pun buta
Cari jalan dekat dengan kafir, ulama jahil setan perdaya
Itulah ilmu ia ketahui, suruh Rabbi dilupakannya

Dirinya enggan orang lain tak disarankan, tunggulah dipendam dalam neraka
Dikira dapat melepaskan diri, di hari nanti depan Rabbana
Semisal hadith Nabi kita, dengarlah teungku semua
Man katana ‘ilman al-janahu’llahu ta’ala bilujamin mina’naari
Barangsiapa menyembunyikan ilmu Allah, disumpal ke mulut api neraka

Itulah hadith Rasulullah, disampaikan kepada ummat semua
Yang percaya mendapat tuah, yang mengubah mendapat hina
Agama kurang perniagaan punah, menyata sudah akhir dunia
Para ulama hanya memikirkan menerima upah dan pusaka
Berdiam di kampung dalam keseronokan, suruhan Tuhan disepikan saja

Dalih dicari berbagai cara, agar tak serta dalam perang Belanda
Jalan sabil semestinya, disambut lekas serta-merta
Jika tidak demikian, tunggulah dipanggang dalam neraka
Mendapat siksa yang amat pedih, yang tak mau memerangi Belanda
Sekalipun ia raja Quraisy, walau ahli-ahli Sayidil Anbia

Teungku kini telah dikecoh setan, memandang sepi perang Belanda
Merasa lebih tinggi dari Nabi yang memerangi musuh sepanjang masa
Kukatakan ini umpama, anak negeri tua-muda
Guru tercinta adik-abang, kita dan orang lain tiada beda
Jangan kecewa dengan perkataanku, banyak begitu yang ulama

Sebelah timur sampai Peusangan, tiada yang mengimani kalam Rabbana
Banyak ulama dikaruniai Tuhan, kitab Qur’an bagai air bah
Banyak jumlahnya sedikit yang menghayati, takut menghadapi kafir Belanda
Jarang-jarang yang beriman tangguh, hanya dialah lain tiada...

...Disuruh ibadat tak pernah alpa, memerangi kafir tiada reda
Ibadat utama hanya perang sabil, tiada yang lain padanannya
Firman tuhan Rabbul Jalil, hadith Nabi Sayidil Anbia
Jalan terbaik menghadap Rabbi, hanya perang sabil lain tiada
Begitu wasiat Sayidil Anbia, disuruh lawan kafir Belanda...

...Jangan lagi demikian wahai taulan, menjadikan rekan kafir Belanda
Kafir celaka harus dilawan, musuh Tuhan dengan Mustafa
La Ilaha Illallah, kembali kisah ujung ayat
Muhammad Rasullah, sungguh indah perang dibangkit
Tak ada yang sama suatu pun, dengan perang sabil wahai sahabat...


...Wahai saudara adik dan abang, dengan dagangan jangan lalai amat
Walau banyak gedung emas berpeti, sendirian kita didalam kubur
Jika bukan mati didalam perang, wahai abang sakit amat
Sembilan ribu bala yang datang, kesakitan nyawa dalam jasad 
Satu persatu bala itu diberi, seribu kali ditetakan yang kuat


Dihantam pedang seribu kali, pikirkan akhi menderita sangat
Sembilan ribu yang seberat itu, datang ke situ menyiksa jasad
Adakah sakit lebih dari itu, hai budiman camkan sangat
Mati dalam perang Sabilillah, teingku bertuah senanglah sangat 
Tamsil minum selagi haus, seolah begitu hanyut lezat... 

...Bukalah semua hidayat, setiap tempat kafir diperangi
Kalahkan dengan cepat, dengan mukjijat Penghulu Nabi
Beserta doa segala sahabat, yang yakin amat dengan perang ini
Berkat doa segala Syaikh, semoga menyingkir kafir ini
Tamat hikayat hari selasa, waktu dluha naik matahari


Tarikh seribu tiga ratus, lagi dua puluh hijrah Nabi
Dua puluh tujuh bulan Muharram, hamba selesaikan o ya sayidi
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada sebaik-baik ciptaan-Nya
Muhammad dan para keluarga serta sahabat beliau sekalian
Ya Tuhan Rabbal ‘Alamin.
Amin

Penutup

Dari beberapa pemaparan di atas, jelas bahwa tujuan pembuatan hikayat ini adalah untuk melawan penjajah belanda yang hendak menguasai tanah Aceh saat itu. Hikayat Prang sabil adalah salah satu mahakarya yang berhasil membangkitkan semangat masyarakat dalam berperang melawan penjajah Belanda. Hikayat ini ibarat sebuah sihir yang sangat kuat megiknya.

Mungkin ada alasan lain kenapa dalam hikayat ini, agama dijadikan sebagai alat ampuh untuk membangkitkan semangat masyarakat saat itu untuk melawan penjajah yang dianggap kafir. Menurutku, ada unsur penolakan terhadap masuknya belanda yang biasanya menghancurkan budaya lokal dan dipaksakan untuk masyarakat lokal menggunakan budaya mereka. Ini hanya sebuah bahan untuk kita bisa diskusikan lebih panjang lagi. Bagi teman-teman yang tertarik, silahkan kita diskusikan secara lebih panjang lagi.
Comments
2 Comments

2 komentar:

Richi Anyan mengatakan...

saya menunggu bayak banyak masukan soal Puisi Hikayat Perang sabil ini dari siapapun itu, hehehe

Sang Aziz mengatakan...

Mantap Bos