Label

Selasa, 27 Desember 2011

Tidak Hanya Jogja…


(Sekilas Tentang Merapi)
Oleh: Richi Richardus P Anyan

Pengungsi korban letusan Gunung Merapi di daerah Magelang masih sangat membutuhkan bantuan logistik. Sampai saat ini, para pengungsi menyebar tidak hanya di barak-barak yang diakui oleh pemerintah saja, tapi juga di rumah-rumah warga yang masih sangat minim bantuan. Keadaan inilah yang membuat kami memutuskan untuk segera memberikan bantuan ke daerah Magelang.
Hari itu, Senin, 8 November 2010, sekitar pukul 19.30 kami mulai berangkat dari Posko Utama Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di LPM Keadilan Fakultas Hukum UII, Jalan Taman Siswa 158 untuk mengantarkan bantuan ke desa sekitar Borobudur, Kabupaten Magelang. Inilah kali pertama kami mulai memberikan bantuan berupa barang kepada para pengungsi.
Selama ini yang kami lakukan adalah bantuan berupa tenaga di tiap-tiap barak pengungsian di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman yang masih kekurangan bantuan. Selain itu kami juga memberikan bantuan berupa data-data dan informasi yang kami punya ke jaringan yang kami punya untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi.
Kami berangkat dengan mengunakan Mobil FH UII. Cuaca saat itu tidak cerah. Hujan rintik-rintik membuat jalan menuju Magelang yang awalnya penuh dengan debu harus berubah menjadi lumpur yang licin. Kami jalan secara perlahan dan sangat hati-hati.
Di jalan sekitar Muntilan tidak seperti biasanya. Suasana sepi, hanya satu dua orang yang masih berkeliaran di sekitar jalanan. Pintu rumah-rumah warga di sekitar jalan ditutup rapat. Lampu pun padam. Hanya ada sedikit warung bakso yang masih buka walau pengunjungnya juga sepi. Ada banyak pepohonan di tepi jalan yang tumbang. Kota yang banyak masyarakatnya dan biasanya dibisingkan oleh lalu-lalang kendaraan ini terlihat seperti kota mati.
Wajar saja, kota ini sering duhujani debu dan pasir, bahkan sesekali ada hujan kerikil. Banyak warga di daerah sini pun sudah mengungsi karena ketakukan.
Perjalanan kami pun akhirnya tiba di tempat tujuan. Kami memberikan bantuan kepada para pengungsi di Balai Desa borobudur. Kami langsung menghubungi Pak Ari yang merupakan camat setempat yang sudah dari hari pertama berada di tempat pengungsian yang berfungsi sebagai koordinator utama untuk delapan barak pengungsian yang ada di daerah kecamatannya.
Kami memberikan bantuan berupa mie, masker, Susu Bayi, Susu Ibu Hamil, dan lain sebagainya. Bantuan tidak terlalu bayak, tapi ini adalah bantuan yang diberikan atas dasar kepedulian akan kemanusiaan.
Bantuan yang masuk belum terlalu banyak sedangkan pengungsia yang ada di daerah ini ada sekitar 2000-an jiwa. Masih ada banyak kebutuhan yang belum teratasi di daerah ini. Susu Bayi, Bubur Bayi, Pakian dalam, minyak goreng, sandal, tikar, selimut, dan kebutuhan lainnya.
Setelah memberikan bantuan, kami langsung beranjak ke tempat lainnya. Tujuannya adalah daerah Klaten. Karena itu kami harus kembali lagi ke jogja. Akan tetapi niat ini harus diurungkan untuk sementara waktu.
Krrring… Bunyi HP salah seorang teman bebunyi. Sehabis berbincang di telepon kami langsung diberitahukan bahwa ada salah satu barak di dekat Gontor 6 Magelang ada permasalahan dengan pemerintah. Inti dari hasil obrolan via HP adalah mereka butuh bantuan PPMI untuk mengadvokasi masalah mereka.
Kami saat itu juga langsung memutuskan untuk berangkat ke barak pengungsi di daerah dekat Gontor 6. Tujuan kami adalah mengadakan pembacaan mengenai permasalahan yang ada di sana.
Tak satu pun di antara kami yang tahu jalannya. Kami hanya dijelaskan jalan menuju Gontor 6 via HP. Sepanjang jalan kami mencoba untuk melihat ke kiri dan ke kanan, jangan-jangan ada tulisan Gontor 6. Kata orang yang menelpon kalau Gontor 6 ada di kanan jalan. Setelah dicari-cari ternyata tulisan Gontor 6 ada di kiri jalan. Penjelasan yang ada di tulisan itu bahwa Gontor 6 masih 6 KM lagi. Kami pun langsung meluncur ke sana.
Beberapa kali kami harus bertanya pada warga sekitar. Tiba di satu barak pengungsian yang berada di rumah warga, kami menanyakan lagi, mereka pun ternyata menjelaskan tidak terlalu rinci. Akan tetapi di tempat ini kami menurunkan beberapa bantuan untuk para pengungsi.
Setelah itu kami pun kembali lagi harus mencari dan mencari dimana Gontor 6 berada. Kembali lagi kami harus betanya ke rumah-rumah warga. Akhirnya melalui pejalanan yang membingungkan itu, kami pun tiba di tempat tujuan.
Kami langsung disambut oleh beberapa orang yang mengurus di barak ini. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak barak yang berada di rumah warga dan masih sulit terlacak oleh banyak orang untuk memberikan bantuan. Jumlah para pengungsi di sini ada sekitar 700 jiwa.
Kami langsung mencoba membahas pemsalahan yang mereka hadapi. Selama ini meraka belum mendapat bantuan dari pemerintah setempat, termasuk akses kesehatan pun tidak diberikan.
Mereka selama ini mengandalkan bantuan dari warga setempat dan beberapa mahasiswa dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekonomika Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) dan beberapa mahasiswa dari UGM. Karena kurangnya bantuan berupa kesehatan, warga setempat berusaha untuk mendatangkan Mahasiswa UGM Fakultas Kedokteran untuk membatu beberapa pengungsi yang sakit. Tanggapan dari Mahasiswa UGM pun cukup baik. Mereka besedia untuk datang.
Akan tetapi, keadaan bercerita lain. Ketika mahasiswa UGM tiba ternyata akses mereka dipersulit oleh pemerintah setempat. Hal ini membuat warga setempat dengan pemerintah sempat bersitegang. Akhirnya permasalahan ini bisa diselesaikan dengan baik. Akan tetapi, warga setempat masih terus waspada jangan-jangan terjadi lagi hal serupa, tidak hanya untuk tempat tesebut, tapi juga tempat-tempat lain yang menjadi barak pengungsian korban merapi.
”Kami hanya berusaha membantu atas dasar kemanusiaan. Walau di sini masih sangat kurang bantuan karena media terlalu terpusat di Jogja yang membuat bantuan begitu banyak masuk ke sana, tapi harapan kami orang-orang yang memberikan bantuan tidak melupakan kami karena tidak hanya jogja yang membutuhkan bantuan, tapi daerah sekitar Merapi yang menjadi tempat pengungsian pun masih sangat membutuhkan bantuan,” kata Bapak Widodo salah seorang ‘sesepuh’ daerah Gontor 6.
Artike ini dimuat di Pesma.com
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: