Label

Rabu, 21 Maret 2012

Menguak Tabir Independensi Media


Oleh: Richi Richardus P. Anyan
Berbicara mengenai indepedensi media sama halnya membicarakan kemerdekaan atau kebebasan media itu sendiri. Suatu media dapat dikatakan independen apabila segala sesuatu yang berhubungan dengannya (seperti pemberitaan, kebijakan redaksi dan lain sebagainya) tidak dipengaruhi oleh pihak luar, seperti pemilik modal, atau pemerintah sekalipun. Seperti apa makna dari indepedensi itu sendiri dan apakah media-media umum masih independen?

Media umum jelas diperuntukan bagi masyarakat luas. Sejauh ini pengaruh media massa dalam membentuk wacana masyarakat luas sangatlah besar. Sebagai contoh, media sangat berperan penting saat mendorong runtuhnya rezim Orde Baru. Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri media pula lah yang berperan penting untuk melanggengkan kekuasaan Orde Baru selama puluhan tahun. Misalnya pada akhir keruntuhan rezim Orde Baru, amper semua media memberitakan tentang semua kejahatan yang dilakukan oleh rezim ini dan berita yang sedang terjadi. Akan tetapi pada masa kejayaannya rezim Orde Baru, media tidak berani memberitakan tentang kejahatan yang dilalkukan seperti kasus Santa Crus, penangkapan aktivis-aktivis dan lain sebagainya. Di sini, dapat kita lihat betapa besar pengaruh media dalam membentuk wacana publik.

Pengaruh media dalam membentuk wacana amper haruslah independen dan pemberitaan yang disampaikan haruslah benar-benar obyektif. Akan tetapi sejak runtuhnya rezim Orde Baru hingga saat ini, hamper semua media massa belum mengalami kemerdekaan. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara fakta dan pemberitaan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pemilik modal. 


Salah satu contoh pengaruh pemilik modal dan penguasa yaitu media Kompas memiliki kebijakan redaksi yaitu kepiting. Mereka berani mengungkapkan suatu fakta, akan tetapi ketika ada lampu merah maka mereka tidak akan memberitakan lagi hal itu.

Dari sini timbul pertanyaan yang muncul dari ketakutan banyak orang yaitu masih adakah media yang independen? Jawabannya masih. Kalau di media-media umum, ada beberapa media yang bisa dikatakan indepeden namun yang paling banyak menunjukan keindependennya kendatipun sumber dana utamanya adalah pihak rektorat kampus. Akan tetapi pihak rektorat kampus sampai saat ini sudah sangat demokratis dalam mencampuri urusan baik dari segi organisasi maupun dari segi keredaksian pers mahasiswa itu sendiri.

Alhasil, sampai saat ini pers mahasiswa masih tetap eksis dalam mempertahankan idealismenya, baik dalam hal penulisan maupun dalam ranah gerakan. Misalnya ketika runtuhnya rezim Orde Baru. Saat itu pers mahasiswa sebagai media alternative yang paling banyak ditunggu oleh masyarakat pada umumnya. Pers mahasiswa sangat langtang dan berani mengungkapkan segala dosa rezim Orde Baru sebaliknya, pers umum masih sangat takut memberberkan segala fakta kejahatan rezim Orde Baru. Itulah sebabnya pada saat itu pers mahasiswa sebagai suatu pers alternative sangat ditunggu kehadirannya. Setelah runtuhnya Orde Baru, hingga saat ini pers mahasiswa masih terus menunjukan taringnya untuk mengarahkan mahasiswa tetap berpikir kritis dengan menampilkan berbagai wacana seputar kampus untuk didiskusikan oleh mahasiswa. Pers mahasiswa juga sering mengangkat tentang kehidupan masyarakat kecil dan masalah-masalah yang jarang diberitakan oleh pers umum. Pers mahasiswa lah yang masih terus meniupkan angin segar independensi media.

Berkaitan dengan independensi media pada umumnya, sudah saatnya media-media umum harus banyak belajar dari pers mahasiswa dalam hal independensi media itu sendiri. Media-media umum saat ini, banyak terpengaruh oleh pemilik modal baik dalam keorganisasian maupun dalam keredaksian. Pers umum sudah saatnya berani mengungkapkan kebenaran yang terjadi di tengah masyarakat. Sudah saatnya pers umum berani untuk tidak malu kembali belajar tentang idependensi dari pers mahasiswa agar kemerdekaan per situ bisa dideklarasi dan dirasakan oleh masyarakat luas.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: