(Sejarah Singkat PPMI DK Surakarta)
Oleh:
Richi Anyan
Inilah
sebuah permulaan yang sudah diawali sejak dahulu. Inilah permulaan walau bukan
awal. Lahirlah sebuah sejarah baru di Kota pers tersebut. Lahirlah PPMI DK
Surakarta dari benih-benih yang sudah lama terendap zaman. Benih-benih yang
diyakini akan melahirkan sejarah-sejarah baru di Bumi Pertiwi.
Sudah dua tahun lebih saya
bersama beberapa orang teman dari Pengurus PPMI DK Yogyakarta datang
mendeklarasikan PPMI DK Surakarta. Rencana deklarasi ini bukan terjadi dengan
instan. Jauh sebelum deklarasi ini, LPM-LPM yang berada di Surakarta sudah
banyak yang bergabung dengan PPMI. Bahkan, ada beberapa LPM yang mendelegaskan
pengurusnya untuk menjadi Pengurus Nasional PPMI. Perlu diingat bahwa PPMI pernah mengadakan Mukernas
pada tahun 2001 di Surakarta.
Kedati sudah beberapa orang
menjadi pengurus nasional dan pernah mengadakan agenda nasional, bukan berarti PPMI DK Surakarta dengan mudah
terbentuk. Ada beberapa alasan waktu itu. Salah satunya, sulitnya melakukan
konsolidasi di tingkatan PPMI DK Surakarta itu sendiri. Akhirnya secara
nasional, pada waktu itu, memutuskan agar LPM-LPM di Surakarta bergabug dalam
PPMI DK Semarang.
Seiring berjalannya waktu, PPMIDK Semarang sendiri mengalami banyak sekali kendala dalam melakukan
konsolidasi. Alasan utamanya saat itu adalah besarnya wilayah PPMI DK Semarang
itu sendri. PPMI DK Semarang memiliki luas wilayah hamper se-Jawa tengah. Bagi
Sekjen Semarang tentulah ini menjadi tugas yang sangat berat, apalagi Sekjen
juga seorang Mahasiswa.
Akhirnya, di zaman kepengurusan
Ulin (Sekjen PPMI DK semarang), pengurus PPMI DK Semarang meminta bantuan
kepada PPMI DK Yogyakarta guna menangani pembentukan PPMI DK Surakarta. Saat
itu Sekjen PPMI DK Yogyakarta adalah Ikhwan Sapta Nugraha (Genjik). Hadir juga
dalam pertemuan itu para pengurus PPMI DK Yogyakarta dan pengurus nasional.
Mereka adalah Saudari Tuti (BP Media),
Faqih (BP Advokasi), Hustam (Biro Umum), Habib (BP Litbang), Sigit (BP Usaha
Dana), Fatoni (BP Nas Litbang), Pampam alias Pambudi wae (BP Nas Litbang), dan
saya sendiri (BP Litbang). Pertemuan diadakan di LPM natas. Sebagai pengurus
kota, kami sepakat agar PPMI DK Surakarta masuk dalam karateker PPMI DK
Yogyakarta.
Seminggu setelah membuat
kesepakatan itu, kami (Pengurus PPMI DK Yogyakarta) langsung berkunjung ke
Surakarta. Ada beberapa LPM yang kami kunjungi yaitu, LPM Pabelan, LPM
Kentingan, dan LPM Motivasi. Tujuan kunjungan itu tidak hanya sekedar
mengadakan silahturahmi dengan persma yang berada di Surakarta saja, tapi juga
membahas soal PPMI Surakarta itu sendiri.
Pembahasan tentang PPMI DK
Surakarta tidak hanya selesai di situ. Pembahasan ini juga kami bawa ke kongres
Nasional di Jember. Hasil kesepakatan di kongres tidak jauh beda dengan yang
sudah disepakati di Jogja yaitu Persma di Surakarta masuk dalam Karateker PPMI
DK Yogyakarta.
Kesepakatan
yang Ditunda-tunda
Setelah kongres Nasiona di
Jember, Surakarta seakan dilupakan oleh PPMI DK Yogyakarta. Lama kami (PPMI DK Yogyakarta)
tidak membahas soal Karateker PPMI DK Surakarta. Kami tersibukan dengan
beberapa agenda di PPMI DK Yogyakarta sendiri. Ada beberapa agenda yang sedikit
menyita kesibukan kami seperti: “Obrolan Alternatif” (diskusi antar Persma
dengan kerjasama antara PPMI, AJI, dan Tempo), persiapan Muskot, dan beberapa
agenda lainnya. Namun bukan berarti Persma di Solo benar-benar dilupakan.
Pada tanggal 2-3 Oktober 2010,
PPMI DK Yogyakarta mengadakan Muskot di FH UII. Salah satu rekomendasi dalam
muskot ini adalah secepatnya mendeklarasikan PPMI DK Surakarta. Saya selaku
Sekjen Kota yang baru mencoba memasukan deklarasi PPMI DK Surakarta dalam
prioritas utama PPMI DK Yogyakarta. Kesepakatan ini pula yang kami bawa untuk
dibahas di Mukernas PPMI di Madura. Hasilnya, PPMI DK Surakarta secepatnya
dideklarasikan menjadi PPMI kota. Saat tu hadir pula perwakilan dari Solo yaitu
Hanif dari LPM Kentigan dan Joko dari LPM Motivasi.
Sekembali dari Madura, Hanif dan
Joko memakukan beberapa kali konsolidasi dengan Persma se-Surakarta.
Konsolidasi ini dilakukan beberapa kali. Saya sendiri kurang begitu mengikuti
apa saja yang dibahas pada konsolidasi ini. Namun, pada intinya konsolidasi ini
dilakukan selain untuk membentuk PPMI DK Surakarta juga guna memperbaiki kultur
antarpersma di Surakarta.
Kendati sudah ada beberapa kali
konsolidasi di Surakarta, namun PPMI DK Yogyakarta lamban meresponnya. Hal ini
dikarnakan beberapa hal. Pertama, Saya saat itu belum memiliki pengurus kota.
Kedua, saya selain menjabat sebagai Sekjen PPMI DK Yogyakarta, juga masih
menjabat sebagai PU LPM natas. Dua tugas ini cukup menyita waktu saya. Apalagi,
di akhir bulan Noverber 2010, terjadi letusan Gunung Merapi. Saat itu PPMI DK
Yogyakarta membuka Posko bantuan Merapi. Setelah bencana merapi selesai, saya
juga harus sesegera mungkin mengadakan Musyawar Besar di natas guna regenerasi
pengurus. beberapa hal ini cukup menyita tenaga saya.
Saya sendiri sadari bahwa saya
bukanlah manusia super yang selalu siap siaga. Saya memiliki keterbatasan
tenaga. Saat itu saya mencapai titik jenuh. Akibatnya, Musyawarah Kerja kota
juga membahas program kerja kota pun menjad berjalan lamban. Saat itu saya
bersyukur dengan beberapa orang teman seperti, Randi, Ayu, Mustakin, Rohmadi,
Fendi, Cahyo Telo yang coba menyadarkan kembali saya akan tugas yang saya
emban.
Permulaan
Bukanlah Awal
Pada Dies Natalis LPM Pabelan,
saya bersama bebepa teman calon Pengurus PPMI DK Yogyakarta menghadiri acara
tersebut. Hampir semua Persma di Surakarta menghadiri acara tersebut. Di
penghujung acara, kami mengadakan pertemuan guna membahas kembali terbentuknya
PPMI DK Surakarta. Pada pertemuan inilah tercetus nama PPMI DK Surakarta itu
sendiri. Sebelumnya untuk Persma yang berada di daerah Surakarta sendiri di
sebut karateker Solo.
Saya masih ingat yang mengusulkan
nama itu adalah Cahyadi Kurniawan (Sekjen pertama PPMI DK Surakarta) dari LPM
Kentingan. Alasannya adalah, Surakarta adalah nama wilayah administrasi Solo
itu sendiri. Usulan nama itupun diterima.
Pada partemuan ini juga,
dibuatlah beberapa kriteria yang harus dijalankan sebelum dideklarasi menjadi
PPMI kota. Kriterinya yaitu: Persma se-Surakarta harus mengadakan enam klai
pertemuan guna membahas kelanjuta PPMI DK Surakarta itu sendiri. Pertemuan itu
dilakukan dua minggu sekali. Tujuannya selain untuk membahas PPMI DK Surakarta
ke depannya, juga untuk membentuk kultur antarpersma di sana. Bagi saya,
struktur tampa kultur yang baik akan mempercepat kematian organisasi tersebut.
Kriteria itu pun akhirnya disepakati bersama Persma se-Surakarta.
Di akhir pertemuan kami
menyepakati salah satu orang untuk menjadi Koordinator sementara yang bertugas
menjalankan kriteria yang sudah ditentukan. Saat itu Cahyadi ditunjuk sebagai
koordinator sementara.
Pada tanggal 23 Maret 2011, PPMI
DK Yogyakarta mengadakan Musyawarah Kerja Kota (Muskerkot). Ada beberapa
program kerja jangka pendek yang disepakati untuk dijalankan sesegera mungkin.
Salah satu program kerja jangka pendek saat itu adalah Deklarasi PPMI DK
Surakarta.
Untuk merespon program kerja ini,
PPMI DK Yogyakarta membawa isu ini ke Dies Natalis PPMI di Banjarmasin. Janji
kami di dies tidak terlalu muluk-muluk. Kami akan secepat mungkin mengadakan
persiapan deklarasi tersebut. Hal ini pula yang menjadi awal kebangkitanPPMI
kota lain untuk memekarkan kotanya seperti PPMI DK Tulungagung yang memekarkan
PPMI DK Madiun.
Deklarasi
PPMI DK Surakarta
Tepat pada tanggal 27 Mei 2011,
bertempat di Auditorium Unsri, PPMI DK Surakarta dideklarasikan. Banyak peserta
yang didelegasikan dari LPM-LPM hadir saat itu. Aku lupa jumlah peserta saat
itu, tapi tidak kurang dari 40 orang. Beberapa pegurus nasional, sepeti Citra
(BP Jakernas) dan Boyd (BP Jakernas) juga menghadiri acara tersebut. Hadir pula
beberapa wartawan dari media umum yang ingin mendokumentasikan sejarah
tersebut. Mewakili sekjen nasional dan mengatasnamkan Persma seluruh Indonesia,
Citra mendeklarasikan PPMI DK Surakarta.
Surakarta, sebuah daerah
administrasi yang kecil, tapi tak hendak dipandang sebelah mata. Kota ini
melahirkan banyak sejarah di Indonesia. Kota ini melahirkan banyak sastrawan
ternama. Kota ini banyak melahirkan jurnalis-jurnalis handal. Dari kota inilah,
Negara Indonesia mencatat sejarah dalam duna pers.
Inilah sebuah permulaan yang
sudah diawali sejak dahulu. Inilah permulaan walau bukan awal. Lahirlah sebuah
sejarah baru di Kota pers tersebut. Lahirlah PPMI DK Surakarta dari benih-benih
yang sudah lama terendap zaman. Benih-benih yang diyakini akan melahirkan
sejarah-sejarah baru di Bumi Pertiwi.
Karena batas waktu peminjaman
tempat dan dengan beberapa pertimbangan lain, akhirnya pertemuan dilanjutkan di
SC Kentingan UNS pada hari tu juga. Pertemuan lanjutan ini merupakan agenda
lanjutan dari deklarasi PPMI DK Surakarta guna pemilihan sekjen kota. Pada
pertemuan ini dilantiklah Cahyadi Kurniawan sebagai Sekjen PPMI DK Surakarta
yang pertama. Setelah pemilihan dan pelantikan sekjen, rapat dilanjutkan dengan
pembagian tugas masing-masing LPM di kepengurusan kota. Hal ini dilakukan
sebagai bukti komitmen LPM-PM dalam mendukung jalannya PPMI DK Surakarta ke
depannya.
Gonjang-Ganjing
PPMI DK Surakarta
PPMI DK Surakarta awalnya
berjalan dengan baik. Beberapa pertemuan yang dilakukan oleh PPMI DK Surakarta
mendapat respon yang baik oleh anggota-anggotanya. Pertemua-pertemuan itu
seperti rapat pengurus, Muskerkot, Forum Persma, dan beberapa agenda LPM,
menjadi ajang kumpul teman-teman Persma se-Surakarta untuk berkumpul. Namun
semuanya ini tidak berjalan lama.
Forum Persma yang seharusnya
menjadi ajang kita saling berbagi pemikiran tentang berbagai permasalahan
Persma, saat itu, menjadi permasalahan pertama. Ada beberapa masalah saat itu
seperti munculnya orang-orang baru dalam setiap kali pertemuan mengakibatkan
wacana yang sudah pernah dibahas akhirnya ditanyakan kembali. Tidak adanya
pengembangan diskusi membuat forum ini makin garing. Selain itu, lambat laun,
pertemuan ini malah makin mengalami penyusutan peserta. Inilah titik kejenuhan
awal.
Dalam berorganisasi, ada titik
dimana kita mengalami titik kejenuhan. Titik kejenuhan ini kalau tidak segera
diatasi, maka akan menjadi hal yang fatal. Hal ini pula yang dialami PPMI DK
Surakarta.
Semakin sedikitnya orang yang
hadir dalam forum Persma, ditambah lagi makin jarangnya pengurus berkumpul
mengakibatkan mengkibatkan titik kejenuhan ini sulit diatasi. Dalam catatan
saya, ada beberapa faktor yang mengakibtkan PPMI DK Surakarta mengalami pasang
surut. Beberapa hal telah saya sampaikan di atas. Pertama, penyusutan orang
dalam forum Persma. Kedua, kurangnya intensitas pertmuan antarpengurus. Ketiga,
cepatnya pergantian pengruus di LPM dan kurangnya transformasi dari pengurus
yang lama ke pengurus yang baru di LPM itu sendiri. Keempat, masalah tuntutan
kuliah beberapa pengurus. Kelima, tuntutan biaya hidup yang memaksa beberapa
pengurus mengurangi intensitas dalam berorganisasi. Keenam, sekjen kota yang
menghilang taua lebih tepatnya susah dihubungi. Ketujuh, tidak adanya antusias
dari pengurus nasional dalam mengatasi masalah yang terjadi di PPMI DK
Surakarta. Catatan-catatan ini saya buat berdasarkan beberapa laporan.
Masalah yang kelima ini memang
sedikit suit untuk diatasi. Mungkin lebih tepatnya masalah prinsip dalam
berorganisasi dan pilihan hidup. Kalau masalah yang satu ini, sering sekali
kita temukan tidak hanya di kepengurusan PPMI saja, tapi juga di LPM, bahkan di
sumua organisasi yang ada saat ini. Memang ada dilemma yang berkepanjangan.
Secara nasional, PPMI sendiri tidak bisa membiayai anggotanya. Orang yang mau
berorganisasi hanya berlandaskan pada niat dan komitmen. Saya rasa ini tidak
dapat kita pungkiri. Akan tetapi, kalau bkan kita yang mau menghidupi
organisasi sebesar ini, lantas siapa?
Berharap pada orang lain sama
saja dengan tidak adanya niat dari kita sendiri dalam berorganisasi. Bukannya saya
mau mengajaran soal tidak adanya kepercayaan kita pada orang lain dan
memunculkan rasa individualistis dalam berorganisasi, tapi kalau kita sendiri
tidak terlibat langsung, sama saja dengan omong kosong.
Harapan
Kecil
Setelah hampir satu tahun PPMI DK
Surakarta berada pada masa kritis, muncul keresahan dari anggota PPMI DK
Surakarta. Beberapa pengurus lama PPMI DK Surakarta dan beberapa orang PU untuk
mendiskusikan lagi tentang PPMI DK Surakarta. Keresahan ini pun dibawa saat
Kongres Nasional PPMI di Tulungagung.
Sebagai pengurus terlantik saat
itu, Saya bersama Defy memasukan masalah PPMI DK Surakarta sebagai prioritas
utama yang harus diselesaikan. Namun bukan berarti dengan mudah kami langsung
mengerjakannya. Ada beberapa hal lain
yang masih harus kami buat seperti: mencari tempat untuk MUKERNAS, mencari
pengurus, dan membuat formasi kepengurusan.
Akan tetapi, PPMI DK Surakarta
dilupakan. Beberapa orang yang kami percaya dari anggota PPMI DK Surakarta
ditugaskan di sana. Tugas mereka saat
itu, mengkonsolidasikan kembali dengan semua anggota PPMI DK Surakarta tentang
kelanjutan PPMI DK Surakarta.
Hasilnya memuaskan setelah
mengadakan beberapa kali pertemuan, mereka membuat keputusan yaitu segera
diadakannya Musyawarah Luar Biasa di Surakarta. Hal ini bukan dilakukan mereka
secara sepihak. Mereka juga coba menghubungi sekjen yang lama. Setelah beberapa
kali susah dihubungi fia sms, mereka langsung mendatangi (parani) sekjen di tempat tinggalnya. Keputusan yang dibuat di sana
sama seperti keputusan yang sudah dibuat sebelumnya.
Akhirnya pada tanggal 19 Januari
2013 diadakalah Musyawarah luar biasa PPMI DK Surakarta bertempat di Ruang
Seminar, Kampus I ISI, Kentingan Surakarta. Musyawar luar biasa ini berjalan
dengan baik. Antusias dari anggotanya pun sangat baik. Banyak peserta yang
hadir saat itu. Saya selaku DEN yang mengadakan Musyawarah Luar Biasa pun hadir
saat itu. Hadir pula Meiwan selaku BP Jakernas. Dalam musyawarah ini
dilantiklah Relik Sofian sebagai Sekjen Kota PPMI DK Surakarta yang kedua.
PPMI
DK Surakarta dan Kisah Pandora
Kejadian di PPMI DK Surakarta
mengingatkan saya akan sebuah legenda kuno di Yunani, Pandora. Anda tahu kisah
Pandora?
Dewa Zeus menyuruh salah satu
anaknya, Hefaistos, dewa pandai besi untuk membuat seorang manusia perempuan.
Hal ini dibuat sebagai bentuk hukuman kepada manusia yang telah mencuri api
dari Gunung Olympus. Maka terciptalah manusia perempuan pertama di Dunia.
Setelah diciptakan, Athena
mengajarinya menenun dan menjahit. Selain itu, Athena juga memberinya pakian.
Afrodit memberinya kecantikan dan hasrat. Para Kharis memakaikannya perhiasan.
Para Hoirai memberikannya mahkota. Apollo mengajarinya bernyanyi dan bermain
musik. Poseidon memberinya kaung mutiara. Hera memberinya rasa penasaran yang
besar. Hermes memberinya kepandaian berbicara. Hermes juga menamainya Pandora
yang artinya “mendapat banyak hadiah.
Zeus Kemudia memberikan Pandora
pada Epimetheus untuk dinikahi. Prometheus, saudara Epimetheus, berusaha
menngingatkannya untuk tidak menikahi Pandora. Namun, Pandora begitu mempesona.
Pada hari pernikahan mereka, para
dewa memberikan hadiah berupa sebuah kotak yang indah. Pandora dilarang untuk
membukanya.
Suatu hari, Pandora sangat
penasaran dan kemudian membuka kotak
tersebut. Setelah membukanya, tiba-tiba aroma yang menakutkan terasa di udara.
Dari dalam kotak itu terdengar sesuatu yang mengerikan. Karena ketakutan,
Pandora dengan cepat membuang kotak itu keluar. Saat itu, Pandora sadar kalau
dia telah melepaskan sesuatu yang mengerikan. Karena itu dengan cepat dia
menutup kembali kotak itu, tapi terlambat.
Apa aroma yang mengerikan itu?
Ternyata Pandora telah melepas teror ke
dunia. Masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, dan
berbagai malapetaka telah dilepaskannya ke Dunia dan menjangkiti umat manusia.
Pandora sangat terkejut dan menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya. Kemudian dia melihat kembali dalam kotak itu. Untungnya masih ada yang tersisa dalam kotak itu, sebuah karya kecil, tapi sangat berharga yaitu harapan.
Hal itu pula yang dialami PPMI DK Surakarta. Walau mengalami banyak gonjang-ganjing dalam roda organisasi, namun masih tersisa sebuah karya kecil yaitu harapan untuk bangkit kembali. Kita tidak boleh berdiam diri meratapi nasib. Kita harus berpikir untuk bangkit dari keterpurukan.
Catatan-catatan ini saya buat sebagai bentuk dokumentasi beberap ingatan saya yang hampir lepas dari dalam kepala. Saya yakin catatan ini masih memiliki banyak kekurangan. Entah catatan ini ingin kalian baca sebagai dongeng pengantar tidur pun tidak menjadi persoalan. Bagi saya, semoga berkas-berkas sisa dalam ingatan saya dapat berguna bagi satu dua orang. Itu sudah cukup.