Label

Sabtu, 25 Februari 2012

SEKOLAH ALTERNATIF ITU PILIHAN


Oleh: Richi Richardus P. Anyan
Ada anak yang aktif setelah 4 tahun nggak naik kelas. Di rumah dimarahi, di sekolah juga dimarahi. Tapi karena sekarang ia rajin, dan naik kelas, malah nggak mau sekolah di tempat kami lagi,” tutur Bapak sandiman.
Bapak Sandiman sudah 13 tahun bekerja sebagai pengajar di SekolahAlternatif SD Mangunan yang berada di daerah Kalasan Yogyakarta. Ada bayak sekali tenaga pengajar lainnya yang datang dan pergi dai Sekolah Alternatif ini karena banyak sekali alasan, tapi satu alasan yang pasti yaitu gaji yang tidak mencukupi biaya hidup mereka. Ada juga banyak kisah yang telah ia lalui bersama Sekola Alternaif yang didirikan Oleh Rm. Mangun ini.
Awal mula sekolah ini didirikan karena pendidikan di Indonesia yang semakin mahal sedangkan jumlah orang misin di Indonesia pun semakin banyak. Pendidikan di Indonesia saat ini makin menjurus ke komersialisasi, dari pakian sampaipada buku pelajaran.
“Pendidikan yang menjurus ke komersial, dari pakaian, sekolah bekerja sama dengan suatu perusahaan untuk membuat seragam, sekolah mendapat keuntungan, kemudian dari buku. Dari buku tulis saja, walaupun sudah ada buku elektronik, dan itu bisa dibeli dengan harga yang cukup murah, tapi sekolah masih saja menawarkan buku-buku yang lain,” demikian kata pak Sandiman ketika diwawancrai oleh wartawan LPM natas.
Menurutnya pendidikan yang bermutu itu tidak harus mahal. Hal ini berbanding terbalik dengan paradigma umum kalau pendidikan mahal itu bermutu. Dari sarana dan prasarana iya setuju, tapi ada cela-cela yang tidak diikuti perkembangan pribadi anaknya . “ Sekolah mahal pasti fasilitas bermutu, tapi apakah diikuti perkembangan anaknya? Nanti dulu!”.

Selain pendidikan yang makin mahal di negara ini, kurikulum pendidikannya pun tidak efektif. Kurikulum dilihat dari jam tujuh samapi jam satu siang, itu sangat tidak manusiwi menurut pak Sandiman. Dari sigi pelajarannya, anak SD sekarang sudah belajar 13 mata pelajaran, belum ditambah Muatan Lokal, ini sanga rumit dan tidak relevan. Kalau kita mau melihat dari metodologi pengajarannya tidak sistematis. Metode berubah cepat, tapi gurunya tidak mengalami perubahan.
“Metode berubah cepat, tapi guru tidak mengalami perubahan, sehingga kita tidak sempat kita melakukan evaluasi. Jebolan tahun‘90 sama sekarang menurut saya nggak ada bedanya, padahal kurikulum udah ganti-ganti, kan aneh sekali. Situasinya begitu runyam.”.
Saat ini masih banya sekali masyarakat yang terbuai pada paradigmanya bahwa pendidikan yang mahal adalah pendidikan yang bermutu. Akan tetapi mereka lupa bahwa ada banyak sekali masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan data BPS, penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2003 mencapai 37 juta jiwa.mayoritas kau miskin ini hidup di daerah pedesaan dengan fasilitas untuk menopang kehidupan mereka sehari-hari sangat terbatas (pikiran-rakyat.com). Keberadaan rumah sakit, sekolah di banyak pedesaan di Negara kita masih belum mampu mengakomodasi hak-hak dasar kaum miskin. Kehidupan mereka yang secara finansial amat lemah semakin membuat mereka sulit untuk mengakses fasilitas-fasilitas pendidikan atau kesehatan yang jumlahnya sangat terbatas itu.
Jika banyak dari masyarakat yang sampai saat ini masih sulit mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan bagaimanakah program pendidikan 9 tahun dari pemerintah dapat berjalan? Tidak mertanya pembagunan di Indonesia telah membuat sebagian wilayah terisolasi. Sebagai contoh, masih ada banyak sekali wilayah yang belum memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang memadai.
Kekecewaan terhadapa pendidikan Indonesia yang mahal, merata di semua bidang pendidikan yang menjadi kewajiban negara. Metodologi pembelajaran di sekolah terutama negeri yang didukung langsung dari pemerintah, meletakan anak sebagai objek. Evaluasi pendidikan nasional mengandalkan evaluasi seragam dan kolektif. Anak tidak dilihat kemampuan individu dan keunikannya.
“Semua pintar jika memenuhi nilai-nilai tertentu yang dikuantifikasi dalam bentuk angka, ini menyedihkan,” tutur pak sandiman.
Di ujung tahun 2007 lalu, Gerhard Ertl, pemenang Nobel Kimia tahun itu, kembali mengemukakan bahwa ilmuwan harus menerobos batasan disiplin ilmu untuk membuat pemecahan atas beberapa pertanyaan tentang tantangan besar ang belum terjawab bagi ilmu pengetahuanya itu menyatu seiring waktu.
Oleh kerna itu, sekolah alternatif mencoba keluar dari siklus ini, mencoba mengoptimalkan kemampuan guru untuk menlai poten si siswa. Kemampuan tidak diukur dari nilai saja, tapi juga sosial dan personal mereka.
Konsep dasar dari pendidikan alternatif yaitu menciptakan pendidikan yang memiliki tujuan. Sebagai salah satu contoh yaitu sekolah alternatif SD mangunan. Sekolah inimemliki konsep dasar yaitu bagaimana menciptakan pendidikan yang kritis, egaliter, dan emansipatoris.
“Konsep dasar kita bagaimana menciptakan pendidikan kritis, egaliter, emansipatoris. Ujung-ujungnya bagaimana menciptakan pendidikan sebagai alat perlawanan. Sekolah alternatif kita nggak jauh beda dengan konsep Romo Mangun. Di wilayah konsep dasar, mungkin hanya satu dua item yang berbeda, tapi di wilayah prakteknya kita agak berbeda. Waktu awal saya masuk kita juga ada training dari DED. Kita fokusnya ke pendidikan, tapi proses belajar mengajar bisa lebih luas lagi,” ucap pak Sandiman.

Kelebihansekolah alternatif
Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi dengan apa yang sumber daya manusia hasilkan (David Ulrich). Penilaian dengan angka dan symbol tidak dapat menjelaskan semuanya. Angka Sembilan tidak dapat menjelaskan apa kelebihan dan kekurangan dari anak itu.
Sekolah Alternatif biasanya melakukan penilaian dengan menggunakan narasi. Mereka mencoba untuk menjelaskan apa yang jadi kelebihan dan kekurangan anak. Akan tetapi mereka mencoba untuk menggunakan dua model penilaian dalam raport. Mereka menggunakan symbol karena tidak semua sekolah lanjut bias menerima penilaian naratif. Penilaian dengan menggunakan simbol dibuat hanya untuk mempermudah anak yang ingin melanjutkan sekolah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
“Anak-anak kita puji dengan: baik, tidak baik, dan hebatnya minta ampun. Kalau sudah selesai, kita puji aja dia. Nah, kalau pentas baru kita kasih tahu, kamu kurang ini, kurang itu. Kita disiplinkan kalau mereka mau pentas. Supaya anak tau kelemahannya dari diri sendirinya juga. Raport kita ada dua, nilai berupa simbol dan narasi. Kenapa kita masih menggunakan simbol adalah karena tidak semua sekolah lanjutan bisa menerima penilaian naratif untuk mempermudah anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya,” demikian kata pak Sandiman.
Di Yogyakarta, ada banyak sekali sekolah alternantif. Sekolah-sekolah alternatif ini mencoba untuk tidak menjadikan anak objek dari pendidikan, tapi anak diajak untuk berpikir tentang apa dan bagaimana ilmu itu diterapkan. Kasarnya, selama Pendidikan kewarganegaraan masih menghafal burung garuda, matematika masih menggunakan Lembaran Kerja Siswa, itu bukan alternatif.
Sekolah alternatif itu pilihan, tapi karena padat jadwal, orang tua mamenarik anaknya dengan alasan tidak dapat apa-apa. Mereka banyak bernggapan kalau pendidikan yang baik itu adalah pendidikan yang menjadikan anaknya makin pintar dan patuh.
“Sekolah alternatif ini pilihan. Tapi karena padat jadwal, dan orang tua menarik anaknya dengan alasan tidak dapat apa-apa, malah anak-anak lebih berani, lebih berani sama orang tua, Bagi orangtua, anak disekolahkan untuk menjadi makin pintar dan patuh, itu ciri sekolah yang baik, katanya….Orang tuamemang punya peran penting. sekarang saya sadari kita nggak mungkin mendirikan sekolah yang beda pemahaman dengan ortu, kita bisa memenangkan empati anak, tapi kalau orang tua nggak terlibat, tidak bisa” ucap Pak Sandiman.
Sekolah alternatif tidak diadakan tiap hari kaena biasanya rutinitas itu mambosankan. Selain itu, sekolah alternatif memiliki kekurangan Sumber Daya Manusia atau tenaga pengajarnya.
Sekolah alternatif tidak menerapkan absensi. “Masuk boleh, nggak juga boleh, terserah dia,” terang kepla sekolah altrnatif SD Armatia.
Sebenarnya sekolah alternatif berfokus di pendidikan.Namun pendidikan tidak hanya fokus di pendidikan semata. Ada tigahal yang menjadi perhatian utama dari sekolah altenatif yaitu: 1) RPA adalah gerakan social yang konsisiten di bidang pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara; sekolah keluarga dan masyarakat.Terminologi itu yang membuat mereka ingin tahu keadaan masyarakat sebelum mereka masuk kesuatu Daerah. 2) Kegiatan Belajar Mengajar. Ada tiga konsep dasar materi yaitu: a) Ilmu Alam dan Logika, b) Ilmu Sosial, dan c) Bahasa. 3) Sekolah sebagai Laboratorium Ilmiah.
Kebanyakan sekolah alternative lebih menyiapkan anak-anak untuk berkarya daripada menyiapkan mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun mereka juga berusaha mncaikan beasisiwa bagi siswa yang tidak mampu.
“Kemaren ada beberapa yang baru lulus dari SMP, kita carikan pekerjaan. Paling tidak kita membantu lah, karena sekolah dalam asumsi mereka dan orang tua adalah untuk cari kerja. Ya... nggak mungkin kita bayangkan mereka akan kuliah di S1 UGM Fakultas Kedokteran. Itu sesuatu yang mustahil, ngawur. Ya kita harus realistis juga,” terang pak Sandman.

KekuranganSekolahAlternatif
Ada dua masalah besar yang menerpa sekolah alternative yaitu tenaga kerja dan dana. Kurang baiknya sistem kaderisasi pada tenaga kerja membuat mereka selalu kehilangan atau kekurangan tenaga kerja.
Hal mendasar yang membuat kebanyakanb tenaga pengajar tidak mau bekerja di sekolah alternatif karena gaji. Orang yang bekera di sekolah alternatif mendapatkan gaji sekitar seperempat dari gaji pegawai negeri.
Biasanya sekolah alternatif itu palng banyak memliki 15 orang tenaga pengajar. Dahulu, tenga pengajar kebanyakan adalah aktivis, tapi sekarang tenaga pengajar adalah orang-orang yang memiliki hobi di bidang pendidikan.
“Dulu tenaganya aktivis, ternyata gagal, tapi sekarang, bukan aktivis, hanya sedikit saja yang aktivis, sekarang kebanyakan, mahasiswa yang hobi. Sekitar 50-50. Aktivis bisanya membangun kesadaran tentang dunia mereka. Tapi sekarang yang hobi-hobi itu malah lebih militan. Sekarang ada 6-7 pengajar,” ucap pak Sandiman.
Solusi yang diambil untuk mengatasi masalah dana yaitu dengan mengadakan kegiatan kecil-kecilan. Orang tua masih ragu-ragu dlam membatu sekolah alternatif. Dari pihak sekolah juga kesulitan dalam meyakinkan orang tua dengan indikasi kesenangan anak.
Ada keyakinan yang besar dari kepala sekolah SD mangunan. Beliau mengatakan bahwa sekolahnya tetap gratis untuk orang yang miskin saja.
“Kita tetap radikal. Biarlah tetap orang-orang miskin, toh kami nggak bubar, walaupun jumlah makin sedikit, itu bagian dari pertahanan kami, sekolah ini masih berdiri, walaupun kecil, siapa tahu beberapa tahun ke depan. Artinya manajemen sekolah kami memang agak ‘ngawur’ dan tidak menerima orang-orang yang kaya, karena yang mampu ya sekolah di tempat lain, nggak mungkin juga yang mampu mau sekolah di tempat kita.”
Kendatipun sekolah alternatif memiliki kedala dalam hal dana dan tenaga pengajar, namun sekolah alternatif ini telah banyak membantu negara dalam memerangi kebodohan. Menurut pak Jhon S. Keban, seorang pengawas Yayasan Taman Siswa mengatakan bahwa pendidikan alternative merupakan sebuah solusi ditenga-tengah komersialisasi pendidikan. Sekolah alternatif juga menjadi sebuah alter natif solusi bagi orang-orang yang berkekurangan.
“Ini menjadi solusi jika dilihat dari kemampuan ekonomis, di sisi lain anak-anak tidak akan terlantar dalam memperoleh pendidikan. Tapi sejauh mana properti sekolah alternatif telah disokong? Perlu ada support melalui kebijakan anggaran. Ini penting,” tutur salah satu anggota Partai Golkar ini. “Pemerintah mendengar, berkata ya, tapi tidak ada interfensi apa-apa. Berarti pemerintah tidak punya tanggung jawab. Sejauh ini saya melihat belum ada intervensi baik dalam properti maupun infrastruktur. Jangan jadikan aturan sebagai alasan tidak memberi dana pada sekolah alternatid, harus ada kepekaan. Ini kan sebenarnya kewajiban negara,” lanjutnya.
Memang sejauh ini pemerintah kurang memperhatikan pendidikan, apalagi pendidikan alternatif. Ada banyak sekali guru atau tenaga pengajar yang diterlantaran hidupnya di sekolah alternatif. Akibatnya mereka tidak dapat fokus dalam bekerja sebagai tenaga pengajar di sekolah alterntif. Sekolah alternatif dianggap sebagai sebah kerja sampingan.
Namun berbeda dengan pak sandiman. Mennurut dia, walaupun gaji yang dia dapat dari sekolah alternatif ini relatif sedikit, tapi dia tetap menganggap bahwa bekerja sebagai guru di sekolah alternatif adalah pekerjaan utama yang dia lakukan, yang lain adalah pekerjaan sampngan walau penghasilannya lebih besar.
“Yang bekerja di sini itu harus gila. Karena kalau dilihat dari sisi materi kerja disini sangat tidak menguntungkan. Gaji berkisar satandar UPM. Saya pribadi juga punya pekerjaan selain di sini, perlu membelikan lipstik istri saya, anak-anak, jadi ya tidak mungkin mencukupi dengan kerja di sini saja,” tutur pak Sandiman seraya tersenyum.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: