Label

Sabtu, 18 Februari 2012

natas DAHULU, SEKARANG, DAN NANTI


Oleh: Richi Anyan
“Kata dalah senjata!” (Sub commandante Marcos)
Kebebasan berpendapat merupakan hak asasi yang mengakar dalam sistem perundang-undangan. Media massa berfungsi sebagai pembentuk wacana publik. Oleh karena itu, media massalah yang menurut Undang-Undang paling dilindungi dari sensor pemerintah. Otonomi media tidak dipertahankan sebagai nilai itu sendiri tapi karena ia memiliki fungsi dasar sebagai pembentuk wacana di masyarakat.
Dinamika sosial merupakan bagian yang tak terelakan dalam kehidupan sebuah universitas. Perubahan-perubahan sosial masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh universitas akan selalu terjadi begitu cepat dan kadang tidak terduga sebelumnya. Perubahan tersebut bisa menuju ke arah yang lebih baik tapi bisa juga malah membuat kaum tertindas dan juga mahasiswa menjadi korban kekuasaan dan birokrasi yang kebablasan.
Oleh karena itu, dibutuhkannlah sebuah sikap kritis dari mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan untuk membuat keadaan menjadi adil dan bisa membangun wacana publik yang bisa menyadarkan semua pihak tentang realita yang sedang terjadi sekitarnya. Untuk itu, perlu ada sebuah media gerakan yang memperjuangkan keadlian. Maka hadirlah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) natas yang berperan sebagai “anjing penjaga” (watch dog) dalam kampus Sanata Dharma denga jargon “Wahana Kreativitas Menuju Akademisi Kritis”.
SEJARAH SINGKAT LPM natas
Membahas sejarah LPM natas merupakan sebuah hal yang sangat menarik bagi saya dan mungkin juga teman-teman lain. Saya mencoba membagi sejarah LPM natas dalam beberapa bagian besar berdasarkan waktu yaitu awal munculnya LPM natas dan natas era 90-an, natas era 2000-an, natas sekarang, dan natas nanti....
1.      Awal Munculnya LPM natas dan natas Era 90-an.
Hakikat sebuah pers tidak hanya sebagai pemberi informasi, tapi juga sebagai suatu wadah perlawanan. Sejarah Indonesia membuktikan hal ini. Pada jaman penjajahan Belanda, Pers di Indonesia muncul sebagai suatu wadah perlawanan yang sangat politis oleh beberapa orang mahasiswa. Orang-orang ini merasa kalau bangsa Indonesia sudah terlalu jauh dibodohi oleh penjajah Belanda. Karena itu, pers mucul sebagai suatu wadah pencerahan terhadap bangsa Indonesia yang membentuk wacana publik.
Begitu pula pada awal kemerdekaan bangsa ini. Pers pada awal kemerdekaan tidak hanya sekedar memberikan informasi, tapi juga memainkan perannya dalam memberikan perlawanan terhadap suatu pelencengan kebenaran.
Pada tahun 60-an, Soeharto muncul sebagai sosok diktator yang begitu menakutkan. Ada banyak pembantaian, pembunuhan, penawanan orang-orang yang dianggap sebagai kendala dalam melaksanakan apa yang ia inginkan, dan sebagainya. Bahkan pintarnya Soeharto, dia berhasil menindas tidak hanya tidak hanya masyarakat Indonesia, tapi juga pers yang ada di Indonesia.  Akibatnya, ada beberapa Pers yang dibredel saat itu. Inilah sejarah buram bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, muncul banyak sekali pers-pers alternatif, salah satunya Pers Mahasiswa. Pers Mahasiswa saat itu muncul sebagai sebuah media gerakan yang begitu menakutkan orde yang berkuasa. Bersamaan dengan hal itulah natas pun lahir sebagai sebuah media alternatif untuk melawan sebuah kuasa tirani.
LPM natas berdiri sekitar tahun 80-an. Pada waktu itu, ada banyak sekali mahasiswa Sanata Dharma yang cemas memikirkan jaman. Ada berbagai cara yang dilakukan oleh mereka yaitu dengan berdiskusi tentang berbagai masalah sosial baik yang sedang terjadi di kampus maupu kondisi kritis bangsa Indonesia saat itu. Kecemasan itu tidak berhenti di ranah diskusi saja. Akhirnya mereka sepakat kalau apa yang mereka diskusikan itu paling tidak diketahui oleh banyak orang. Satu-satunya cara adalah menuliska apa yang mereka diskusikan dalam sebuah media berupa buletin ataupun majalah dan membentuk sebuah Lembaga Pers Mahasiswa yang mereka sebut natas.
Seiring dengan perkembangannya, media ini dijadikan sebuah UKMPK (Unit Kegiatan Mahasiswa Penerbitan Kampus) natas. Pada saat itu, UKPMK natas tidak hanya menjadi media bagi mahasiswa yang memberitakan berbagai permasalahan sosial yang ada di kampus, tapi juga menyediakan berbagai permasalahan bangsa yang ditunggu-tunggu oleh kalangan umum.  Memang media alternatif saat itu sangat ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan karena media-media umum kurang berani memberitakan permasalahan politik yang sedang terjadi di bangsa ini saat itu.
Pada tahun 90-an, UKMPK natas bersama Univesitas Sanata Dharma semakin berani memberitakan keadaan sosial yang   ttterjadi saat itu. Sampai pada puncaknya, Universitas Sanata Dharma menjadi bagian yang tak terlupakan dalam sssejarah revolusioner 1998. Saat itu UKMPK natas mengambil bagian dalam pembentukan wacana publik, dalam hal ini natas tidak hanya sebagai media yang membentuk wacana publik, tapi juga mengaspirasikan suara mahasiswa.
Akan tetapi, hampir pada tahun yang sama, terjadi hal yang sangat ironis. natas mati suri. Hal ini disebabkan karenakedala personal. Saat itu, UKMPK natas tinggal 2 orang. Disebut mati suri karena natas saat itu tidak mengeluarkan satu media pun.
Pada tahun 1999, natas yang diketuai oleh Eko Sutriyanto diultimatum oleh pihak rektorat untuk segera ditutup seandainya tidak mengeluarkan media. Karena itu, crew natas yang hanya dua orang mencoba menerbitkan satu majalah.
Pada tahun yang sama di awal tahun ajaran, natas mendapat beberapa anggota baru. Di tahun ini pula nataspun mulai mengepakan sayapnya untuk mengenal pers mahasiswa dari kampus lain. UKMPK natas masuk PPMI. Inilah titik balik natas dari tahun 90-an ke tahun 2000-an.
2.      natas Era 2000-an dan Sekarang
Pasca penggulingan rezim Orde Baru atau sekitar tahun 2000, UKPMK natas bersama pers mahasiswa lainya mencoba mengambil suatu kebijakan bersama yaitu “back to campus” atau “kembali ke kampus”. Hal ini disebabkan selain karena sebagai pers kampus, pers mahasiswa saat itu juga kehilangan musuh bersama yang dulunya adalah Orde Baru.
Pada tahun 2004, UKMPK natas berganti nama menjadi UKPM (Unit Kegiatan Pers Mahasiswa) natas. Pada tahun ini, natas mulai mengirimkan delegasinya untuk menjadi pengurus di PPMI baik itu PPMI Dewan Kota Yogyakarta maupun PPMI Nasional hingga saat ini.
Akan tetapi, ada beberapa masalah yang sangat ironis dengan natas sebagai sebuah organisasi yaitu berkaitan dengan regenerasi dan kaderisasi. Masalah kaderisasi selalu diselesaikan dengan dengan cara kultural. akibatnya yang berkembang adalah mereka yang sering nongkrong di natas.
Selain itu masalah regenerasi menjadi salah satu kendala yang sangat besar. Dari tahun ke tahun, saat pergantian pengurus, selalu natas memulai sesuatu dari hal yang paling baru. Hal ini disebabkan kesalahan dalam regenerasi dan kaderisasi. Akibatnya, natas sebagai suatu organisasi selalu berjalan di tempat. Lebih sadisnya lagi pada kepengurusan 2007-2008 dan 2008-2009, natas dianggap sebagai sebuah organisasi ajai yang bisa tetap hidup tampa suatu dedikasi yang penuh dari beberapa pengurus intinya.
Akhirnya anggota natas pada periode 2008-2009 mengambil keputusan tegas dengan memecat banyak sekali anggotanya, termasuk PU natas saat  itu diberi surat peringatan oleh anggota natas. Sebenarnya ini adalah era yang sangat menyedihkan sekaligus menggembirakan karena pada periode inilah terjadi titik balik perkembangan yang sangat pesat. Periode inilah, para pengurus natas mulai menata diribaik secara organisasi maupun secara kultural. Alhasil pada periode 2009-2010, natas menerima sekitar 35 orang anggota baru dan mampu memaksimalkan orang-orang baru ini dengan sedikit baik. Karena beberapa periode kelam di atas, natas banyak kali dijadikan contoh oleh beberapa LPM kecil untuk bangkit dari keterpurukannya.
Ada baiknya, pengalaman ini tidak dijadikan sebagai suatu kebanggaan untuk dipuja-puja. Akan tetapi, ada baiknya kita menjadikan sejarah di atas sebagai suatu motivasi dan refleksi untuk menjadi sebuah organisasi yang semakin baik “karena keterpurukan bukanlah sesuatu yang memalukan, tapi sebagai sebuah pembelajaran untuk menjadi yang lebih baik”.
3.      natas yang Akan Datang...

Keorganisasian natas
LPM natas tersusun dari beberapa divisi yang masih terus dikembangka yaitu:
1.      Divisi Keredaksian
Ujung tombak dari sebuah pers adalah media. Karena itu, apapun yang menjadi alasannya, media bagi natas tetap dinomorsatukan, walaupun tidak menganaktirikan divisi yang lainnya.
Dalam divisi keredaksian, LPM natas membagi lagi menjadi dua bagian yaitu redaksi majalah dan redaksi NHN. Redaksi majalah mencoba mengangkat isu-isu alternatif yang terjadi tidak hanya di  dalam kampus tapi juga ke luar atau situasi sosial yang sedang terjadi di Negara kita. Singkatnya, majalah mengangkat isu-isu luar kampus.Tidak terlalu jauh berbeda dengan majalah, NHN biasanya mengangkat isu-isu dalam kampus.
2. Divisi Penelitian dan Pengambangan (litbang)
Divisi litbang mempunyai peran penting dalam setiap organisasi. Litbang bisa dianggap sebagai pengwas, atau bagai seorang dokter, tugas litbang adalah mengidentifikasi kekurangan-kekurangan atau penyakit yang ada dalam UKPM NATAS selanjutnya memberi diagnosis obat alternatif demi kesehatan/ kesembuhan organisasi, sehingga UKPM NATAS dapat bekerja dengan baik lagi. Melalui rapat rutin, diskusi dan nonton film diharapkan seluruh anggota dapat berkembang dan menjalankan tugasnya lebih baik. Selain itu litbang juga bertugas sebagai sebuah dinamisator dan mencari kader-kader baru dalam organisasi ini.
3. Divisi Perusahaan
Devisi perusahaan bekerja pada bidang pendistribusian dan pemasaran produk dari UKPM NATAS sendiri. Selain itu devisi ini juga bertugas untuk periklanan, dengan harapan ada tambahan dana untuk memproduksi majalah ataupun Natas Hot News.
4. Divisi Artistik
            Divisi ini baru terbentuk pada Mubes (Musyawarah Besar) LPM natas 2009 di Wisma APKM kaliurang. Walau tergolong baru, namun divisi ini sudah bekerja dengan sangat maksimal, dari tata letak, fotografi, sampai pada karikatur. Awalnya artistik dianggap hanya dibentuk untuk mewadahi berbagai bakat yang ada di anak-anak natas. Akan tetapi, hal ini berubah seiring berjalannya waktu. Artistik dirasakan salah satu divisi yang sama pentingnya dengan divisi lain. Kemenarikan sebuah berita tidak hanya dilihat dari bentuk tulisannya saja, akan tetapi tata letak dari tulisan itu juga sangat mempengaruhi psikologi pembaca.
Idealisme natas itu  apa to?
            Berbicara mengenai Pers Mahasiswa tidak lepas dari idealisme. Hal inilah yang sangat membedakan antara Pers Mahasiswa dan Pers Umum. Lalu apa idealisme natas yang membedakan natas dengan pers lainnya?
            Membicarakan idealisme sama saja dengan  kita membicarakan apa yang dicita-citakan. Ini menarik kalau kita hubungkan dengan LPM natas itu sendiri. Idealisme natas secara konsep tertulis tergambar dalam jargo natas yaitu ”Wahana Kreativitas Menuju Akademisi Kritis” atau dengan kata lain, natas adalah sebuah wadah pembentuk wacana masyarakat untuk menjadi lebih kritis terhadap situasi sosial yang terjadi di sekitar masyarakat itu sendiri.
            Menjadikan semua masyarakat itu kritis bukanlah hal yang mudah. Ada berbagai macam cara yang dilakukan agar idealime natas ini bisa terwujud. Sebut saja pada tahun 90-an dimana saat itu natas kut berperan penting dalam membentuk wacana masyarakat Sanata Dharma untuk mengkritisi keadaan politik yang sedang terjadi saat itu. Lain lagi dengan beberapa tahun terakhir. Untuk membentuk masyarakat yang kritis, natas memilih mengambil jalan alternatif dengan keberpihakan pada yang minoritas. Sebagai contoh yaitu isu-isu yang diangkat oleh natas seperti buruh migran, sekolah alternatif, masalah pasir besi dal lain sebagainya.
            Ada bebagai macam cara untuk membuat kaum akademisi menjadi kritis. Namun  untuk saat  ini, natas memilih menggunakan cara yaitu 'keberpihakan pada kaum minoritas' dengan memegang penuh prinsip obyektifitas.
Penutup
            Sampai saat ini, natas bukanlah suatu organisasi yang cukup baik. Dari beberapa segi, ada banyak sekali kekurangan. Akan tetapi, syukurnya kita sudah mengetahui apa yang menjadi masalah kita dan berusaha untuk memperbaikinya. Kadang-kadang orang merasa lebih sulit untuk mencari permasalahan yang ada di dalam dirinya dari pada harus mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya itu.
            Satu tugas besar bagi kita para jurnalis dan aktivis kampus selain masalah internal organisasi adalah bagaimana membuat masyarakat kampus menjadi lebih kritis dengan berbagai pemikiran alternatif yang kita berikan. Sebab  untuk  memperjuangkan keadilan bagi kaum minoritas bukanlah hal yang mudah. Kita perlu membangun kekuatan yang besar untuk memperjuangkan keadilan. Karena itu, jangan pernah berada di titik aman dalam situasi apapuh, bahkan sampai pada saat orang lain tertidur lelap, kita masih cemas memikirkan jaman.
Salam Persma!!!

Comments
1 Comments

1 komentar:

Richi Anyan mengatakan...

saya butuh bantuan teman-teman natas yang sekarang untuk terus menelusuri sejarah terbentuknya natas dong...