Label

Selasa, 27 Desember 2011

Arti Sebuah Nama


Aku dilahirkan dari sepasang insan yang bersahaja. Hidup rukun dan beriman telah mendara daging dalam diri mereka. Mereka tinggal di sebuah pedesaan, beratapkan sebuah gubuk reot tidak lantas membuyarkan rasa cinta mereka untuk tetap hidup rukun.Perpaduan antara cinta dan kerukunan menghasilkan buah hati yang menjadi malaikat pembawa berkah.
Denting lonceng surga dibunyikan para malaikat, membahana sampai kehati dua sejoli. Malam indah bertabur bintang, cahaya sang Dewi cinta terpancar cerah. Bunga yang layu seakan bermekaran lagi.
Di sebuah ruangan yang diterangi dian dengan cahaya remang-remang, terdengar suara tangis seorang anak manusia, khas seakan mengucapkan selamat di kehidupan yang baru. Desa yang sunyi senyap seketika ditaburi rasa bahagia dengan adanya manusia baru yang kelak akan menjadi sahabat mereka.
Kala itu 9 Desember 1986, aku diperkenalkan Tuhan sebagai seorang anak manusia yang dititipkan pada pasangan muda nan bahagia itu. Terlintas dalam benak kedua orang tuaku untuk segera memperkenalkan pada masyarakat desa yang seketika bermunculan di halaman gubuk reot itu.
Setelah aku meluapkan kegembiraan dengan sebuah tangisan, kedua orang tuaku langsung menamai aku sesuai yang telah mereka siapkan. Richi,sapa ibuku. Richi Richardus Petrus Anyan, lanjut ayahku. Demikan aku dinamai oleh mereka.
Tak semata menyumbang nama. Nama mengandung sejuta arti. Richi Richrdus Petrus Anyan tak hanya sebatas nama. Richi Richrdus Petrus Anyan menyirat sejuta makna.
Sedikit bernostalgia. Pada tahun 80-an muncul seorang penynyi ibu kota ternama, Richi Richardo namanya. Lantunan suara yang merdu dengan lirik “di Sekolah yang Ku Tunggu” menginspirasikan kedua orang tuaku untuk menamai aku demikian. Harapan mereka agar suatu saat aku bisa menjadi seorang yang terkenal. Sebuah harapan dari kebanyakan orang pedesaan yang lumrah, walau kedengaran konyol.
Dua minggu setelah aku dilahirkan, aku dibabtis menjadi seorang Katolik. Nama babtisku Petrus. Nama ini diambil dari salah seorang murid Yesus. Dapat ditebak bahwa harapan orang tuaku agar kelak aku bisa menjadi pewarta kabar gembira kepada teman-temanku yang lain.
Akan tetapi, bila direfleksikan lebih jauh lagi, petrus adalah satu-satunya murid Yesus yang diberi mandat untuk memegang kunci Kereajaan Sorga. Petrus juga dikenal sebagai salah satu murid Yesus yang memiliki pendirian yang kuat, karena itu dia diberi nama kefas dalam bahasa Ibrani yang artinya “Batu Karang”. Nama Petrus ini tidak hanya sekedar nama. Nama ini ternyata telah mendarah danging dalam diriku. Aku tak bisa mengelak kalau aku memiliki pendiria atau prinsip yang kuat. Hal terejawantakan dalam perjalanan hidupku sehari-hari. Salah satu contohnya saat aku harus mengambil keputusan yang besar untuk harus keluar dari Biara. Waktu itu aku merasa kalau visi dan misi biara itu sangat berlawanan dengan kehendak hatiku. Aku merasa kalau hidup di Biara hanya akan membatasi aku untuk mengekspresikan hidupku. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk keluar dari biara walau itu bukan kehendak dari orang tuaku dan kepala Biara. Saat itu pun aku berpikir kalau mewartakan kabar gembira tidak hanya dengan jalan menjadi seorang Imam, tapi dengan menjadi seorang guru pun aku bisa mewartakan Injil.
Namaku yang terakhir merupakan margaku. Menurut adat-istiadat daerah kami, nama marga harus ada dan berada di akhir nama. Nama marga biasanya diambil dari marga seorang ayah sebaga bentuk penghormatan dan tanda bhakti seorang anak kepada orang tuanya. Karena itu margaku adalah Anyan. Mungkin agak mirip dengan nama orang China, atau jangan-jangan aku adalah keturunan orang China? Itu tidak penting, yang penting aku adalan aku yang diakui oleh pengakuanku. Aku ada untuk aku yang lain dan aku yang lain ada untuk melengkapi kekuranganku.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: